Kecewa…Lembaga Adat Lo’mo Boikot Pemecahan Rekor MURI Tari Paddekko Di Hari Jadi Takalar

980

SULSELBERITA.COM. Takalar - Hari jadi Takalar yang ke 58 sebentar lagi akan dihelat. Rencananya panitia dan pemerintah daerah melakukan pemecahan Rekor MURI Bidang Seni Budaya Tari Pa'dekko.

Namun rencana tersebut terancam gagal dan batal. Hal ini karena rangkaian utama acara pementasan tari paddekko yang menampilkan personil yang bernaung dalam lembaga adat Lo'mo Sampulungan mengancam untuk memboikot dan tidak melibatkan diri dalam acara tersebut. Hal tersebut tidak terlepas dari akumulasi kekecewaan mereka terhadap kebijakan penjabat Kepala Desa Sampulungan Abd.Rahman yang dinilai semena-menan memecat para perangkat desa.

Ditemui dirumahnya, (30/01/2018) Ketua Lembaga Adat Lo'mo Sampulungan Syamsul Rijal Lengu mengatakan bahwa acara tidak akan mereka ikuti karena kekecewaan terhadap penjabat " Kalau para perangkat desa di Sampulungan tidak dikembalikan seperti semula, maka kami semua tidak akan melibatkan diri dalam acara tari paddekko di hari jadi Takalar, ini bukan persoalan pekerjaan atau jabatan tapi ini menyangkut dengan harga diri, harkat dan martabat orang Sampulungan yang telah diinjak-injak, dan tentu pula sebagai bagian dari penegakan aturan perundang-undangan" Jelas Syamsu Rijal yang juga pengurus KNPI Sul-Sel.

Ditempat terpisah, Ketua Personil Tari Paddekko Sampulungan Syamsuharman Kulle menyatakan kekesalannya dengan ulah semena-mena Penjabat Kepala Desanya " Kami semua sepakat untuk tidak terlibat dalam pementasan acara paddekko di hari jadi Takalar. Kami tidak mau tampil nanti. Penjabat Kepala Desa telah merusak tatanan yang ada di desa kami. Silahkan Penjabat Kades yang cari personil, mungkin dia dapat dari luar Sampulungan" Sesal Chua sapaan akrabnya.

Pementasan tari paddekko memang sejatinya berasal dari Desa Sampulungan. Dalam acara seni budaya tersebut selain sebagai bentuk perayaan kesyukuran terhadap hasil panen dari yang Maha Kuasa juga bagian dari mempererat hubungan silaturahmi masyatakat. Atraksi khas dalam tarian tersebut adalah aksi saling pukul menggukan alat yang terbuat dari kayu sepanjang dua meter. Hal ini membutuhkan keahlian khusus karena sedikit kesalahan bisa mengancam keselamatan jiwa.