Opini: Oleh Ardiyanto Radjab (Kasubag Pemerintahan Pemkab Takalar)
SULSELBERITA.COM. Takalar - Maju dan stagnannya sebuah daerah sangat di tentukan oleh pemimpinnya, karena dengan kecakapan pikir dan tindakannya melalui lidah kebijakan arah pembangunan di tentukan. Tak heran jika di beberapa daerah masyarakatnya tidak mengalami evolusi produktif dalam sektor pembangunan yang mewujud menjadi sejahtera dalam berkehidupan karena tidak visioner dalam mengelola potensi secara lokal.
Ruang formulasi pemenuhan hak kesejahteraan masyarakat bagi daerah sesungguhnya terbuka lebar bagi pimpinan daerah dengan adanya implementasi Otonomi Daerah, karena dengannya, pemerintah daerah dapat mengatur rumah tangganya sendiri, Pemerintah daerah lebih mudah untuk mengelola sumber daya yang dimiliki secara maksimal.
Syamsari Kitta, pemimpin yang Konsisten Ide
Bupati Takalar H. Syamsari Kitta, S.Pt,,MM merupakan sosok pimpinan daerah yang fenomenal di mata sebagian orang. Indikatornya adalah pada peletakan dasar di awal kepemimipinan pasca pelantikan 22 Desember 2017. Hampir 50 % masyarakat Takalar meragukan karakter kepemimpinan beliau dengan kondisi dinamis yang selama ini terbentang dalam tatanan kehidupan sosial masyarakat Takalar. Keraguan capaian 22 program prioritasnya bisa terwujud karena secara politik supporting legislatif sangat minim di DPRD Kabupaten Takalar. Apakah Syamsari Kitta mengalah?. Tetap haqqul yakin. Ruang-ruang perdebatan itu dapat dirangkai dengan pendekatan rasional bahwa apa yang menjadi pilihan programnya adalah untuk kemajuan masyarakat Takalar dan suatu saat kebijakan tersebut manfaatnya akan kita rasakan bersama.
Pak Syamsari dalam perjalanan tiga bulan pemerintahan tidak bisa menghindari banyak kritikan pedas dari publik Takalar. Sekaitan dengan beberapa kebijakan yang kebanyakan orang mengatakan tidak populis salah satunya yaitu menon aktifkan semua tenaga honorer di setiap SKPD. Pak Syamsari tak mundur selangkah pun dengan kebijakan tersebut. Justru menjadikan kritikan itu sebagai masukan yang konstruktif dan menjelaskan kepada publik bahwa awal kepemimpinannya yang menjadi kewajibannya adalah penataan birokrasi sebagai garda terdepan pelaksana pemerintahan dan pembangunan yang akan membantu beliau selama 5 tahun kedepan.
Perwujudan implementasi good governance dan kebijakan ini mendapatkan apresiasi positif dari Ketua LAN RI yang disampaikan langsung di saat menghadiri Hari Ulang Tahun Kabupaten Takalar yang ke 58 tanggal 24 pebruari 2018. bahwa tidak semua Bupati mau mengambil kebijakan beresiko seperti ini yang sesungguhnya baik untuk penataan birokrasi, dalam rangka optimalisasi kinerja ASN. Kata Ketua LAN saat itu.
Kondisi tersebut diatas merupakan sebahagian contoh dinamika kepemimpinan Pak Syamsari di awal kepemimpinan dalam menggerakkan roda pemerintahan di Kabupaten Takalar. Berbekal karakter konsisten sebagai seorang pimpinan tentu menjadi dasar bagi kami selaku pembantu-pembantunya di pemerintahan. Kini kepemimpinan beliau sudah menginjakkan usia 1 Tahun, berangkat dari segala keraguan publik dan kritikan pedas, Pemerintah Kabupaten Takalar bisa menjawab kritikan tersebut dengan hasil Kerja dari seorang nahkoda yang visioner dan milleneal.
Dalam jangka kepemimpinan 1 tahun, berbagai Penghargaan yang lahir dari tangan beliau sebagai bupati, Garis besar arah pemerintahan sebagaimana di diamanatkan dalam undang-undang khususnya pelayanan juga sudah mulai di rasakan masyarakat walaupun diketahui bersama bahwa tahun 2018 pengalokasian anggran pemerintahan dan pembangunan di APBD 2018 belum menjadi kewenangan Pak Syamsari selaku bupati, tetapi masih Bupati Sebelumnya, walaupun demikan gerak langkah Pak Syamsari selaku Bupati tidak pernah berhenti untuk mempromosikan potensi Takalar hingga pihak luar baik dalam negeri maupun luar Negeri dan justru trend realisasi 22 Program prioritas yang menjadi strong visi sudah dapat direalisasikan tanpa dukungan penuh APBD 2018
Di akhir tahun 2018 ini bisa menjadi review kita bersama bahwa Pak syamsari selaku bupati Takalar merupakan sosok pemimpin yang visioner, Saya selaku pembantunya di sektor pemerintahan umum mendapatkan tantangan besar dalam menterjemahkan ide-ide beliau ke dalam sebuah program nyata. Ide-ide beliau tidak bertumpu pada tujuan jangka pendek, tetapi jauh kedepan dan ide ini adalah manifestasi sebagai seorang pemimpin yang mau melihat pemerintahan yang selalu hadir dalam ruang-ruang terkecil masyarakatnya. Beliau menyampaikan “ bahwa pemerintah tidak boleh jauh dari masyarakat, jarak antara masyarakat dengan pemerintah tidak boleh terlalu jauh rantai kendalinya”. Salah satu contohnya adalah pemekaran kecamatan dan pendelegasian kewenangan bupati ke pemerintah kecamatan, dengan adanya pemekaran kecamatan maka secara otomatis pelayanan kepada masyarakat semakin dekat, dan kesedian beliau melimpahkan sebagian kewenangannya ke pemrintahan kecamatan untuk dilaksanakan merupakan sebuah kebijakan yang tepat di tengah sorotan negatif penegakan pelayanan birokrasi di republik indonesia dan tatanan dasarnya itu sudah siap untuk diluncurkan tahun 2019.
Selama kurun waktu 1 tahun, Pak Syamsari mengintegrasikan nilai seni dalam kepemimpinannya salah satu bukti adalah pemanfaatan dan penataan ruang terbuka menjadi ruang yang bermanfaat bagi masyarakat dan merubahnya sebagai icon takalar contohnya taman cinta Palleko, Alun-alun Makkatang dg sibali, Taman PKK dan lainnya, ini adalah naluri dan ekspresi seni dari seorang pemimpin dalam memanfaatkan potensi yang ada dalam wilayahnya. Kemudian proyeksi Tahun 2019 terlihat dalam postur APBD 2019 bahwa arah kebijakan beliau semua teralokasi pada kepentingan masyarakat dan peningkatan kesejahteraan masyarakat Takalar bukan kepentingan kelompok maupun keluarganya
Selaku pembantu beliau dalam birokrasi hanya bisa menyampaikan bahwa, Pak Syamsari sebagai Bupati Takalar telah membuka cakrawala berpikir kami untuk senantiasa bekerja dan berinovasi dalam menjalankan tugas kami sebagai abdi Negara. Tantangan demi tantangan semakin terpampang di depan kami untuk kami pecahkan melalui kerja-kerja profesional sebagaimana tuntutan beliau sebagai pemimpin daerah ini karena daerah ini tidak akan pernah berubah kalau bukan kita semua yang merobahnya menjadi lebih baik, diam dan berpangku tangan bukanlah pribadi yang beliau harapkan tetapi pribadi ASN yang mampu seiring dengan perkembangan zaman.
Konsistensi itu tak akan kuat bertahan tanpa niat yang kuat. Kami dalam rehat kegiatan kantor, kadang mengistilahkan kepemimpinan ini dengan Kepemimpinan Niat Baik. Sosok Pak Syamsari memiliki Niat Baik yang kuat mendobrak segala zona nyaman masyarakat Takalar menuju Takalar Unggul, Sejahtera dan Bermartabat.