Dipusatkan di Kebun Raya, Perkemahan Akbar Pramuka di Enrekang Diduga jadi Lahan Bisnis Panitia

277

SLSELBERITA.COM- Sebanyak 566 Anggota Pramuka se Kabupaten Enrekang hari ini hingga 5 hari ke depan berkumpul di Kebun Raya Enrekang mengikuti Perkemahan Akbar 2023 yang diselenggarakan oleh Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Enrekang.

566 orang tersebut terdiri dari 438 orang peserta SD dari 119 sekolah dasar yang ada di Enrekang, 92 orang siswa siswi SMP dari 46 Sekolah Menengah Pertama dan 36 orang siswa siswi dari 18 Sekolah Menengah Atas.

Advertisement

Salah satu Panitia yang juga Kepala Pusat Pendidikan dan Latihan Kwarcab Enrekang Burhanuddin mengatakan para peserta mendaftar melalui link pendaftaran Kemah Akbar. Kegiatan kemah Akbar akan berlangsung selama 5 hari mulai tanggal 21 sampai tanggal 25 Juni 2023.

Salah satu pendamping peserta dari SD mengeluh karena sejak lokasi tempatnya memasang tenda sangat jauh dan curam.
” Bu bisa pergi lihat lokasi kami di sana, semak-semak dan miring. Sementara yang kami bawa ini anak-anak SD kelas 4 dan kelas 5. Belum tau apa-apa. Kami juga masih kesulitan air, kalau kami mau buang air kecil dan air besar kami harus ke tempat yang jauh jaraknya dulu dari lokasi perkemahan kami,” Ujar salah satu Guru SD.

” Lalu kemarin kami disuruh bayar Rp1 juta itu untuk apa. Kenapa kami tidak difasilitasi kamar mandi dan air bersih. Kita di sini antri Bu kalau mau buang air di Toilet Masjid”. Ujar guru lainnya.
Namun Panitia membantah jika pihaknya tidak menyiapkan toilet untuk peserta. Salah satu Panitia yang ditemui Upeks mengatakan ada 9 titik MCK di empat titik, disetiap MCM toiletnya ada yang berjumlah 3 sampai 4 bilik.

Panitia juga menjelaskan Kontribusi Rp 1.000.000/sekolah itu adalah untuk biaya  kebutuhan Panitia, pembuatan piagam untuk peserta dan pembina, trophy, ID Card Panitia, tanda peserta dan lainnya.

” Jadi sebelumnya ada rapat yang dihadiri masing-masing ranting untuk membahas masalah biaya dan kontribusi itu ditetapkan oleh masing-masing peserta  jadi bukan panitia yang menetapkan”. Ujar Burhanuddin.

Di lokasi Perkemahan Panitia tak menyiapkan penerangan bagi peserta Kemah Akbar. Masing-masing peserta di minta untuk membawa alat penerangan sendiri.

” Jadi mengenai penerangan kita sudah jelaskan sebelumnya bahwa panitia tidak menyediakan. Jadi masing-masing peserta bawa penerangan sendiri “. Tambahnya.
Selain kontribusi dari 183 sekolah mulai SD, SMP dan SMA  Panitia juga menerima kontribusi dari para pedagang makanan dan minuman yang berjualan di lokasi Perkemahan sebesar Rp500.000/ pedagang selama lima hari.
” Kontribusi dari para penjual itu panitia menyiapkan tenda atau lapaknya dan penerangan. Jadi lampunya disiapkan oleh Panitia. Disamping itu makanannya tetap kita kontrol jangan sampai mereka menjual makanan yang tidak sehat”. Ujar Burhanuddin..

Namun saat dikonfirmasi, salah satu pedagang makanan mengatakan dirinya mendirikan tenda sendiri, bukan tenda panitia.

” Ini saya pasang tenda sendiri Bu, karena kalau panitia yang pasang harus dibayar lagi. Jadi saya bawa tenda dan pasang sendiri ujarnya. Itu uang yang 500 ribu kami bayar katanya akan dikembalikan hari terakhir sama kami 150 ribu tapi kalau kami punya tenda bersih dari sampah”. Ujar salah seorang pedagang makanan dari Maiwa.

Bukan itu saja, peserta juga mengeluhkan lokasi Perkemahan yang sepertinya tidak siap untuk ditempati. Para peserta terpaksa harus membabat rumput yang tumbuh lebat sebelum memasang tenda.

” Sepertinya Panitia belum siap, soalnya kami yang harus kerja keras membabat rumput baru bisa pasang tenda. Kami terpaksa harus bayar tukang potong rumput Bu 100 ribu untuk ratakan kami punya tempat mendirikan tenda, daripada kami kerjakan sendiri kami tidak punya peralatan”. Ujar guru SD dari Kecamatan Enrekang.

Pemerhati pemerintahan kabupaten Enrekang, Ridwan mengungkapnya perkemahan pramuka berindikasi menjadi lahan bisnis panitia atau kelompok tertentu. Pasalnya biaya perkemahan sangat tinggi. Sementara Pramuka sendiri dalam tiap tahunnya mendapat suntikan anggaran dana hibah dari APBD Kabupaten.

“Kemah Akbar adalah agenda tahunan Pramuka di kabupaten Enrekang dan telah mendapatkan anggaran dana hibah dari APBD tiap tahun. Beberapa tahun lalu tidak ada pelaksanaan kemah Akbar. Kemana tahun  anggaran pramuka yang lalu-lalu?. Alasan 1 juta persekolahan tidak masuk akal untuk biaya sertivikat atau piagam untuk peserta kan gak sampai puluhan juta. Ini ratusan sekolah diwajibkan bayar 1 juta kemudian dikalikan ratusan sekolah berarti mencapai ratusan juta. Apakah pramuka menjadikan perkemahan ini lahan bisnis?,” ungkap, Ridwan. (*)