Aku Seorang Pelacur

1921

SULSELBERITA.COM – Panggil aku reina, mahasiswa dari salah satu universitas ternama di indonesia yang memilih jalan untuk menjadi pelacur di hiruk pikuknya kota yang begitu keras. Aku memilih jalan itu bukan semata-mata keinginan ku tetapi karena keadaan yang selalu menuntut. Awalnya aku pun tidak  percaya bahwa hidup yang aku pilih rupanya seperti ini. Baik, akan ku ceritakan awal mula aku menjelajah dalam dunia pelacur. sebelumnya aku adalah mahasiswa yang terkenal taat agama. tubuh ku di balut jilbab kebesaran dan aku selalu tampil dalam kesederhanaan.

Tapi semua berubah, disaat orang tua ku terlilit untung ratusan juta demi membiayai kuliah ku yang terbilang cukup mahal. Awalnya aku tidak mengetahui perihal untung piutang itu namun ketika aku pulang ke rumah, ku lihat ibu ku di caci maki bahkan ayah ku kerap kali di pukuli oleh rantenir.

Advertisement

Miris kata ku di saat itu, air mata tak mampu lagi ku bendungi. Sempat aku berfikir untuk tidak melanjutkan kuliah, namun orang tua tetap kekeh menyuruh untuk menyelesaikan studi S1 ku. Ke esokan hari aku mulai mencari pekerjaan, tapi nihil aku bahkan tidak dilirik sama sekali. Putus asa, itulah yang aku rasakan disaat itu. Bahkan bunuh diri rupanya jalan termegah. Sampai aku di pertemukan dengan dinda, kawan lama ku di kampung yang sukses di usia muda. Ku tanya dari mana ia mendapatkan semua ini? Tapi, ku liat dinda tersenyum penuh arti. Dikota seperti ini, hidup mesti disiasati. barang kali kita akan mati karena kelaparan. Kalau kamu mau akan ku ajari bagai mana mendapatkan semua ini. aku hanya mengangguk, mengiyakan tawaran itu. Malam menjadi saksi bisu bahwa Jilbab yang ku banggakan tak lagi ku kenakan, kini tubuh ku hanya di balut pakaian yang menampak kan lekuk tubuh yang mempesona.

Seksi, itulah yang nampak dalam cermin, payudara yang mencolok, postur tubuh yang menarik dan muka ku tampak lebih ayu. Sempat dinda berpesan bahwa semakin kau menolak lelaki maka akan semakin mahal harga tubuh mu dan itulah yang aku lakukan di malam ini. Malam di mana aku menuntaskan klimaks para pecandu seks Yang membayar ku cukup mahal. Orang tua ku tak lagi susah bahkan adik-adik ku pun bisa bersekolah tanpa kekurangan apa pun, kuliah ku pun tak terkendala dan aku tetap saja menggenakan jilbab itu. Terserah kau sebut aku apa tapi inilah hidup yang aku pilih dan Tidak ada yang salah dari pekerjaan ku, disaat bangsaku tidak lagi memberikan jaminan hak kerja terhadap kedirianku sebagai warga negara, ketika bangsaku memfasilitasi tempat kerja bagi warga negara asing, sementara aku, sebagai warga negara, kesulitan mendapatkan kesempatan kerja secara layak. Maka aku akan melakukan cara apapun agar kedirianku mampu mempertahankan harga diriku dan martabak ku. Memilih menjadi seorang jalang adalah suatu bentuk penghargaan bagi ketubuhan ku, ketimbang mereka yang berpacaran yang rela di adu kasih di kamar sempit dan hanya difasilitasi kipas angin murahan. Dan harus kau tau keadaan yang menuntut aku seperti ini, bukan keinginan dari dalam hatiku dan satu hal lagi Aku lebih bangga dengan pekerjaan yang aku jalani dari pada mereka yang berpacaran yang sama sekali tak di beri apa-apa melainkan janji yang nyatanya tidak terealisasikan

Penulis : W.Marissa
( Mahasiswa Hukum Pidana Islam IAIM Sinjai )
*Tulisan tanggung jawab penuh penulis*