SULSELBERITA.COM. Makassar – Madani Institute (Center For Islamic Studies) mengadakan Madani Islamic Forum (MIF) dengan tema “Kritik Ibnu Taimiyah Terhadap Logika Aristoteles”, bertempat di Aula lantai 3 Warung Bakso Mas Cingkrang Pettarani Makassar, Sabtu (31/08/19).
Filsafat dan Islam adalah dua hal yang menjadi bahan perdebatan dikalangan para ulama dan pemikir
Islam.
Secara umum, para ulama dan pemikir Islam terbagi dalam tiga penyikapan:
"Pertama, menolak secara tegas segala unsur filsafat. Mereka ini biasa dikenal sebagai kelompok atsari
atau ahli hadits.
Kedua, menolak sebagian dan menerima sebagian. Mereka menolak aspek metafisika namun
mengadopsi aspek logika menjadi manhaj dalam mempelajari dan memahami Islam. Contoh kelompok
ini adalah kalangan Asy’ariyah.
Ketiga, menerima filsafat karena memandang terdapat kesamaan tujuan antara Islam dan filsafat.
Contoh kelompok ini adalah kalangan Mu’tazilah yang menggunakan metode filsafat hingga ke soal-soal
metafisik," papar Ustaz Abu Muhammad Ibnu Rajab saat menyampaikan materinya.
Lebih lanjut, Ia menyampaikan bahwa ada dua tipe kritik ulama terhadap logika dan filsafat Aristoteles.
"Pertama, kritik secara parsial. Tipe kritik ini melakukan serangan terhadap filsafat dengan model
penolakan karena (utamanya) dianggap berasal dari luar Islam. Argumentasi pokoknya adalah bahwa
filsafat tidak dikenal oleh para sahabat dan murid-muridnya dan juga ditemukan hal-hal baru yang tidak
pernah diajarkan oleh mereka sehingga wajib untuk ditolak. Membawa hal-hal baru diluar Al Qur’an dan
Sunnah adalah sikap takalluf (memberat-beratkan diri).
Kedua, kritik secara menyeluruh yang melakukan kritik terhadap filsafat itu secara sistematis dengan
menyerang aspek dasar dan kaidah-kaidah utamanya, serta sistematikan permasalahnnya dengan
metode ilmiah yang teliti. Inilah yang dilakukan oleh Ibnu Taimiyah," imbuhnya.
Menurut Dr. Sami Ali An-Nasyaar, Ibnu Taimiyah melakukan dua hal sekaligus yaitu dekonstruksi dan
rekonstruksi. Ibnu Taimiyah meruntuhkan logika Aristoteles dengan mendebat seluruh aspeknya, kemudian
menunjukkan konstruksi logika Islam yang sejalan dengan Alqur’an dan Sunnah.
Awalnya, Ibnu Taimiyah melihat adanya persoalan yang ditimbulkan filsafat pada wilayah metafisik yang
menyentuh aqidah. Namun kemudian beliau melihat bahwa hal paling mendasar dari filsafat adalah
logika.
Maka Ibnu Taimiyah menulis kitab (Ibn Taimiyyah, “Ar-Radd alal Mantiqiyyin, Nashihatu Ahlil Iman fi ar-Radd Mantiq al-Yunan”,
Penerbit Maktabah ar-Rayyan, Cetakan III 2017) sebagai bantahan terhadap logika (mantiq) setelah beliau melihat umat Islam begitu
mengagungkan logika filsafat yang dibangun Aristoteles.
Muhammad Akbar
(Humas Madani Institute)