SULSELBERITA.COM. Takalar - Ceno Dg Jintu (73), seorang warga lingkungan Balang Boddong Kelurahan Pattallasaang Kec.Pattallasaang, Kab.Takalar, selama puluhan tahun belakangan ini harus hidup dalam sebuah gubuk yang tak lebih baik dari kandang ayam.
Nenek Ceno yang sudah renta dan sakit sakitan ini, harus bertahan hidup dalam gubuknya seluas 3x3 meter hanya berlantai tanah, berdinding seng bekas berkarat yang penuh lubang, serta ranting ranting pohon. Tak ada perabotan, yang ada hanya sebuah kasur tipis dan lusuh, serta sebuah tungku masak kayu dan beberapa alat dapur serta piring makan.
Rumah nenek Ceno yang terpencil di antara sawah dan bekas galian tambang ini, kemungkinan membuat nenek Ceno luput dari perhatian pemerintah. Awak media ini yang mengunjungi nenek Ceno, harus berjalan kaki sejauh kurang kebih 150 meter menyusuri pematang sawah agar bisa sampai ke rumahnya.
Kepada awak media ini, nenek Ceno bercerita tentang kondisinya, "Saya sudah kurang lebih 30 tahun tinggal disini nak, saya sudah sakit sakitan, saya tinggal sendiri di sini, untuk makan sehari hari, saya hanya berharap dari pemberian keluarga dan tetangga, saya tidak bisa cari uang lagi nak". Ujarnya sedih, Selasa, (19/2/2019).
"Sebelum saya sakit sakitan, dulu saya masih bisa cari uang dengan cara mengayam tikar dari daun pandang, tapi sekarang tidak lagi karena sudah tidak kuat". Tambah Nenek Ceno
Saat ditanyakan apakah dirinya dapat bantuan pemerintah, Nenek Ceno mengatakan jika dirinya tidak pernah mendapat bantuan, bahkan raskin dan PKH saja tidak dapat."Tidak terima raskin, dan PKH nak". Ujarnya lirih.
"Kalau pemerintah bisa membantu, saya bersukur sekali, karena saya sudah tua dan sakit sakitan begini, tidak bisa lagi bekerja cari uang sendiri". Tutup nenek Ceno.
Kondisi tubuh nenek Ceno yang renta, membuatnya sudahvagak sulit bergerak, ditambahblagi dengan pendengarannya yang sudah terganggu, sehingga orang yang mengajaknya bicara, harus sedikit membesarkan volume suaranya.