Asosiasi Pedagang Pasar Sentral Tuding Perusda Mulai “Cekik” Para Pedagang

743

SULSELBERITA.COM. Takalar - Sepak terjang Perusda Takalar, kembali dikeluhkan oleh puluhan pedagang pasar sentral yang selama ini menempati lapak. Mereka  kini menjerit, pasalnya lapak mereka diambil dan ditertibkan oleh Perusda tanpa pemberitahuan lebih awal.

Hal tersebut disampaikan langsung oleh Asosiasi Pedagang Pasar Sentral, melalui ketuanya Muh. Bahri Daeng Nanring, dirinya menegaskan jika Perusda Takalar saat ini, sepertinya mulai "mencekik" para pedagang yang selama ini menjual di Pasar sentral dengan menggunakan Lapak.

Advertisement

"Aturannya juga belum jelas, dimana peraturan daerah (Perda) Takalar belum jelas, tentang penertiban pedagang pasar sentral. Apakah Perusda bisa menyiapkan Los dengan sejumlah pedagang yang menggunakan Lapak? seharusnya Perusda sebelum menertibkan pedagang yang menggunakan Lapak, terlebih dahulu menyiapkan Los yang akan digunakan oleh para pedagang, kesal Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Sentral tersebut. minggu (15/4/2018).

Daeng Nanring sapaan akrabnya,  menambahkan "Selama pasar sentral di kelolah oleh perusda, pembayaran retribusi para pedagang telah meningkat sampai ke angka Rp. 7000 per lapak, yang mana sebelumnya hanya Rp. 3000". Tutup Daeng Nanring.

Secara terpisah, Kepala divisi pasar dan parkir, Abd kadir melalui Kepala Pasar Sentral Daeng Rate, yang dikonfirmasi oleh salah satu media online (rakyatsulsel.com), membenarkan telah melakukan penertiban sejumlah lapak di Pasar Sentral, ini dilakun untuk menata dengan baik dan rencananya akan dijadikan pasar sentral sebagai pasar hari hari hari.

Pedagang selama ini yang menggunakan lapak akan di pindahkan di los yang sudah disiapkan. "Kalaupun misalkan ada pedagang yang tidak bisa terakomodir untuk dipindahkan ke los, kami tetap menyiapkan tempat untuk bisa ditempati menjual".

Selama ini, los pasar sentral kosong karena pedagang tidak mau mengisi. Sehingga kami dari Perusda melakukan penertiban para pedagang yang menggunakan lapak. "Selama ini los masih kosong karena pedagang tidak mau mengisi, dia lebih memilih menjual di lapak".

Kami didesak di Perusda untuk menjadikan pasar sentral untuk dijadikan pasar sehari hari, tentunya yang kami harus dulu lakukan adalah penataan lapak para pedagang.