SULSELBERITA.COM. Takalar - Founder Zona Inovasi dan Gerakan Literasi Digital, Muhammad Nur Rasul, turut menyampaikan kecaman terhadap pernyataan kontroversial anggota DPRD Sulsel, Yariana Somalinggi, yang menyebut aksi demonstrasi siswa sebagai perilaku menyimpang.
Pernyataan tersebut diungkapkan Yariana dalam rapat kerja bersama Dinas Pendidikan Sulsel di Makassar pada Selasa (6/5/2025), yang juga disertai usulan agar siswa yang terlibat demonstrasi dikirim ke barak militer untuk dibina.
Muhammad Nur Rasul menegaskan bahwa kebebasan menyampaikan pendapat adalah hak konstitusional yang dijamin dalam UUD 1945. Ia menyebut bahwa narasi semacam itu berbahaya karena berpotensi melemahkan kesadaran kritis pelajar dan mencederai semangat demokrasi.
“Menjadikan aksi pelajar sebagai penyimpangan adalah kekeliruan besar. Justru keberanian siswa untuk menyuarakan ketimpangan sosial merupakan bentuk kepedulian dan tanggung jawab moral yang patut dihargai,” ujar Rasul.
Lebih lanjut, ia menyebut bahwa pendidikan sejatinya harus menjadi ruang yang mendorong ekspresi, pemikiran kritis, dan keberanian berpendapat. Bukan justru membungkam dengan narasi militerisasi.
“Barak militer bukan tempat bagi tumbuhnya kreativitas dan kecerdasan sosial pelajar. Pendidikan yang sehat tumbuh dari dialog, keterbukaan, dan ruang untuk berpikir bebas. Jika siswa dibungkam sejak dini, bagaimana mungkin kita berharap mereka menjadi pemimpin yang bijak di masa depan?” tambahnya.
Rasul juga menekankan pentingnya menjaga semangat aktivisme pelajar sebagai bagian dari proses belajar menjadi warga negara yang sadar dan peduli. Ia mengajak semua pihak, khususnya para wakil rakyat, untuk memahami suara pelajar sebagai bagian dari dinamika demokrasi yang wajar dan konstruktif.
“Pelajar bukan ancaman. Mereka adalah harapan. Maka tugas kita bukan membungkam, tapi membimbing,” tegas Muhammad Nur Rasul.