OPINI : “REFLEKSI 1 TAHUN RUNTUHNYA JEMBATAN LATOMA

262

SULSELBERITA.COM.Kolaka – Jika beberapa waktu lalu (11/6/20) kalian melihat, membaca berita tentang aksi demonstrasi maka itu adalah masyarakat Kec.Latoma. aksi tersebut dalam rangka memperingati 1 tahun runtuhnya jembatan latoma yang di terjang banjir tahun 2019. Warga dari berbagai elemen/profesi menyatu menjadi Masa Aksi. Bahkan beberapa dari mereka adalah orng yang alergi dengan kata demo namun karena yang diperjuangkan dirasakan sendiri maka ASN pun ikut juga bergabung dalam gerakan.

Maaf saja, jika beberapa kantor kami segel dan coret-coret seperti Kantor DPRD, Kantor Bupati, Kantor Bapeda. Hal tersebut terjadi bukan karena adanya niat merusak itu akibat kekecewaan masyarakat latoma karena saat bertamu di kantor mereka tak di sambut/diterima oleh pemilik kantor, Kantor DPRD Kosong..!! Kantor Bupati Kosong..!! Kantor Bapeda Kosong..!! Bisalah dibayangkan bagaimana perjuang masyarakat kec. Latoma menuju kota unaaha:
* melewati pincara dengan penuh resiko (besar air)
* jarak tempuh sekitr 70 Km
* kondisi jalan Rusak
* Habis biaya
* habis tenaga
* Mati pekerjaan di kampung
Mereka berbondong-bondong ke kota hanya untuk meminta kejelasan dari pemangku kebijakan namun sayang tak satupun yang dapat menemui mereka, atas dasar itulah mereka secara spontan meluapkan amarahnya dengan menyegel dan mencoret-coret kantor yang tak berpeghuni tersebut.

Advertisement

Kondisi demikian sangat menyulitkan masyarakat karena jembatan tersebut adalah akses transportasi utama dan tidk ada jalur alternatif lain sehingga mau tidak mau, suka tidak suka harus di lewati. Selama 1 tahun terakhir ini masyarakat mengandalkan PINCARA sebagai penganti Jembatan. Namun tentunya TIDAK ADA YANG GRATIS BOS…!!! murah sihhh.. Kalau mobil Rp. 50.000, kalau Motor Rp. 10/15.000 dalam sekali menyebrang… Bagaimna kalau PP?? kali-kali mi sendiri..!!!

Ada yang penasaran dan bertanya BAGAIMANA KA ITU MODELNYA PINCARA DISANA??? jelaskan pakai logat tolaki nah, jadi pincara yang dibuat diatas itu alakadarnya ji hasil swadaya masyarakat disana, pake perahu kayu 3 buah baru di gabung menjadi 1, baru itu perahu dikasi menyebrang manual pake Kandai atau O Wose, itu pincara yang ada deela sangat beresiko, talinya di ikat ji di atas pohon jadi kalau datang air besar “mbasangia” ma bisa jadi dengan pohonnya dia bawa air, ko tau ji sekarang toh!!! Sudah mulai musim hujan. Ini saja bulan lalu perna itu pincara putus talinya paru pas ada mobil yang menyebrang baru dia putus, akibatnya itu pincara sama mobil di bawa air sampe sekitar 70 meter ke bawah, untung kejadiannya tenggah malam seadanya siang-siang pasti dia viral di media sosial. Ratusan hae warga yang pergi tarik kembali itu pincara naik ke atas baru bisa terselamatkan itu mobil yang ada di atasnya. Ko nda percaya?? Naik ko baru tanya langsung warga di atas..

Yang bergerak ini murni masyarakat kec. Latoma, tidak ada tedensi pihak manapun Jgn lagi di kait-kaitkan dengan politik, jgn di di politisasi, jgn di propokasi karena ini sangat jauh dari niat pergerakan kami, tolong hargai masyarakat yang sedang berjuang..!! Yang kami butuh saat ini adalah kerja sama semua pihak untuk sama2 mencarikan solusi wilayah terpencil yang ada di hulu konawe. Ini murni kebutuhan rakyat yang mendesak apalagi saat ini sudah masuk musim penghujan.

“pincara yang ada disana kalau sdh besar air maka pasti tidak bisa beroperasi, kalau tidak beroperasi maka pasti keluarga kita disana kembali TERISOLASI seperti tahun 2019 yang lalu”.
Mohon teman2 warganet untuk tidak dijadikan bahan perdebatan karena itu akan melukai hati para keluarga yang sedang berjuang…
Atas pengertiannya di ucapkan terimakasih.. 🙏

#Latoma_berjuang

By : Muhammad saynul