Nasib Mahasiswa Tergantung Pada UKT

284

SULSELBERITA.COM - Nasib mahasiswa tergantung pada UKT, Mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan apa yang menimpa mahasiswa saat ini, ditengah pandemi covid-19 saat ini, kuliah yang tadinya bertatap muka secara langsung diubah menjadi kuliah lewat media sosial (daring), ditambah aturan PSBB yang sedang diberlakukan oleh pemerintah atau social distancing, yang mengharuskan kuliah pun harus dirumah. Bagi sebagian mahasiswa ini adalah musibah, sebab banyak kejanggalan yang terjadi selama mereka melaksanakan kuliah daring, mulai tugas dari dosen yang tak pernah putus, dan sikap dosen yang seolah bodoamat dengan isi kepala mahasiswa.

Bagaimana tidak mereka berpikiran demikian, sebab kebanyakan Dosen hanya masuk dan memerintahkan mahasiswa untuk mengerjakan tugas saja, sementara belum ada penjelasan terkait materi tugas sebelumnya, alasan umumnya adalah mahasiswa sudah mampu menganalisis dan sudah mampu mencari sumber-sumber lewat internet, hal kecil seperti inilah yang kemudian mengakibatkan mahasiswa selalu tergantung pada googling, dan jawaban atas tugas mereka pun tidak murni dari huah pikirkan, sebabnya nanti jika dihadapkan dengan masalah sosial analisis mereka atau pikiran mereka untuk mencari solusi menjadi tumpul, sebab sudah ketergantungan dengan googling. Kan tidak mungkin masalah sosial jawabannya dicari di internet!.
Dan yang perlu menjadi perhatian adalah soal UKT yang telah dibayar untuk semester ganjil/genap sekarang.

Advertisement

Perlu diketahui terlebih dahulu definisi tentang UKT, UKT adalah biaya keseluruhan operasional yang wajib ditanggung mahasiswa setiap semester dan dibayar setiap awal semester,(baca: permenrintekdikti no 39 tahun 2017).
Jadi singkatnya UKT adalah biaya keseluruhan yang harus ditanggung setiap mahasiswa untuk keperluan operasional proses belajar mengajar selama satu semester, namun agaknya ditengah pandemi covid-19 ini, khususnya sejak diberlakukannya kuliah daring, UKT yang dibayar mahasiswa untuk semester ganjil/genap, tidak nampak dan malah kelihatan sia-sia, sebabnya kuota yang digunakan oleh mahasiswa untuk mengikuti proses perkuliahan masih dibebankan kepada setiap mahasiswa itu sendiri.

Sementara semester ini sudah akan berakhir, tetap belum ada keputusan baik dari kemenristek Dikti atau bahkan setiap kampus, untuk meringankan biaya semester yang akan datang, dan jika kebijakan tersebut tetap tidak ada dan mahasiswa tetap diharuskan membayar UKT secara penuh, itu sama saja menghalangi generasi Indonesia untuk menjadi lebih baik dan hal tersebut juga akan bertentangan dengan UUD 1945 pasal 31. Sebab ditengah pandemi covid-19 ini, perekonomian negara maupun setiap KK menjadi goyang dan tidak menentu.

Proses perkuliahan secara daring juga memiliki beberapa resiko, semisal untuk mereka yang kampung halamannya di daerah pegunungan, mereka harus mendaki puluhan kilo, harus menanggung letih, pada saat panas hanya bisa berteduh dibawah dahan-dahan pohon, dan ketika hujan hanya mengandalkan payung atau terpal yang sempat mereka bawa, belum lagi jika tiba-tiba dosen pengampuh mata kuliah tiba-tiba membatalkan jadwal kuliah yang ada, ini serasa mempermainkan mereka yang ada di pedalaman yang sangat susah untuk mengakses jaringan.

Bahkan salah satu mahasiswa di Makassar meregang nyawa, akibat kuliah online ini, kronologinya dari beberapa media berita yang beredar, mahasiswa tersebut hendak menyeberang jalan, dan membeli voucer wi-fi, namun naas di saat ia menyebrang ia tertabrak oleh mobil, dan akhirnya meninggal dunia.

Untuk itu kiranya pemerintah daerah mau pusat dalam hal ini negara, agar memperhatikan hal ini sebab hanya ditangan generasi keberlanjutan eksistensi negara ada, dan seperti kata bung karno beri aku 10 pemuda niscaya akan ku goncankan dunia! namun hal itu tak akan berarti jika pemuda itu sendiri tidak memiliki pemahaman yang baik!!
Dan sekali lagi, kami mohon pada pemerintah pusat dalam hal ini kemenristekdikti, untuk kiranya mengeluarkan kebijakan, yang nantinya dapat meringankan beban UKT bagi seluruh mahasiswa di Indonesia. Ingat sebagai bangsa yang majemuk, untuk menuju pada kemajuan bersama, kita harus bersatu, gotong-royong, dan bahu-membahu !

Penulis : Yudha
(Jendral Senat Bangsa korw.Sulbar)

*Tulisan tanggung jawab penuh penulis*