SULSELBERITA.COM – Beberapa hari lalu tepatnya di media sosial diramaikan oleh tagar dan gambar yang memperlihatkan tenaga medis yang mengungkapkan unek-unek mereka dengan menuliskan “Indonesia Terserah”.
Tagar berikut gambar tersebut merupakan wujud dari bentuk kritikan terhadap rencana pemerintah prihal relaksasi PSBB beserta perilaku sebagian masyarakat yang tidak disiplin dalam protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran virus Corona.
Keresahan dari masyarakat yang melihat dan mendapatkan info bahwa ternyata masih banyak orang yang mudik melalui jalur udara, nah itu yang jadi persoalan karena banyak masyarakat yang di daerah menaati protokol kesehatan yang di lalu lintas, dimana yang naik motor tidak boleh boncengan, naik mobil tidak boleh sampingan ( bahkan kemarin suami istri pun tak boleh), nah itu yang membuat masyarakat kian resah karena yang naik pesawat pun bebas.
Para tenaga medis kompak berfoto dengan tulisan “INDONESIA? TERSERAH!!! SUKA – SUKA KALIAN SAJA”. Timbul kekhawatiran dari para tenaga medis sebagaimana mereka merupakan garda terdepan dalam menghadapi pandemi Corona di Indonesia maka rencana relaksasi ini memungkinkan akan bertambahnya pasien positif Corona seiring penyebaran virus secara luas.
Sejenak memang bilamana kita telaah lebih dalam, dari apa yang saya amati di beberapa berita di sosial media, ternyata apa yang menjadi kekhawatiran para tenaga medis cukup beralasan karena merupakan sebuah gambaran ancaman yang nyata dari pandemi Corona yang tak hanya lingkup Indonesia tetapi seluruh penjuru dunia mungkin hadapi kelak.
Segala upaya manusia dari lockdown, social distancing, PSBB, dan sebagainya belum menunjukkan hasil memuaskan atau signifikan. Lantas bagaimana lagi bilamana hal tersebut tidak dibarengi dengan kedisplinan, niscaya pandemi Corona segera usai hanya tinggal angan-angan.
Bahwasanya pandemi Corona ini melandai, semua itu masih belum pasti dikarenakan begitu hebatnya virus ini bermutasi sehingga mengapa manusia dapat mudah tertular. Kewaspadaan perlu ditingkatkan dan kehati-hatian dalam membuat keputusan perlu lebih dahulu dicerna guna mencegah terjadinya gelombang susulan pandemi Corona.
Saya pribadi melihat memang seiring waktu berjalan kondisi pandemi Corona ini menjadi ironi bagi kehidupan manusia. Ironi karena di satu titik umat manusia kelak harus membuat keputusan krusial yaitu apakah mereka akan terus mengurung diri agar terhindar dari Corona ataukah mereka akan berjalan beriringan dengan Corona selayaknya virus-virus lain yang belum ditemukan obat atau vaksinnya.
Jujur saja, bahwa keputusan itu akan sulit nantinya jika dilandasi keberlangsungan hidup manusia terhadap imbas jangka panjang pandemi Corona. Sebagaimana banyak kisah pastinya yang terjadi di akhir akhir ini.
Pastinya banyak dari masyarakat, yang pekerjaannya tertunda dan sebagainya, bahkan tidak sedikit yang terkena phk, tentunya sangat pusing untuk mencari makan dirinya ataupun keluarganya.
Mungkin diantara kita masih lebih beruntung dari apa yang pekerja itu alami. Diantara kita masih bisa dengan santai melahap makanan yang ada di meja makan. Diantara kita masih bisa bekerja walaupun dari rumah.
Diantara kita masih bisa tertawa dengan lebar seolah tidak memiliki beban hidup. Diantara kita masih ada yang tidak terlalu khawatir pandemi dikarenakan deposito dan tabungan melimpah. Di antara kita anak anak kecil maupun orang dewasa bahagia menikmati game di rumah sedangkan banyak anak kecil yang sudah harus bekerja karna tuntutan mencari makan.
Tetapi mungkin tidak bagi pekerja tersebut yang bertanya-tanya sampai kapan pandemi Corona ini selesai. Kapan ia dapat bekerja kembali ataupun mencari kerja kembali, karena ia harus menghidupi keluarganya.
Mengacu pada keadaan tersebut, lantas pertanyaannya apakah tagar mencerminkan rasa frustasi dan skeptis itu bisa jadi jawabannya? Apakah pandemi Corona ini akan selesai dengan berdebat? Atau sekiranya ada tidak yang mengetahui secara pasti pandemi Corona ini akan berakhir kapannya?
Saya kira tidak satu pun pihak apakah itu pemerintah, politisi, ulama dan tenaga medis, atau siapapun yang tahu persis kapan pandemi Corona ini akan selesai. Lalu pertanyaan besarnya apa yang kita akan lakukan dengan situasi penuh ketidakpastian ini?
Bahwasanya segala keputusan perlu dipikirkan matang-matang, memang benar. Bahwasanya menghadapi pandemi Corona ini butuh kedispilinan berikut ketegasan, itu betul.
Di sisi lain bahwasanya hidup harus terus berjalan. Bukan cuma hari, minggu, bulan, tetapi tahun-tahun kedepan toh perlu juga dipikirkan. Kita tidak bisa egois hanya memikirkan diri sendiri, bahwasanya ada pula hidup orang lain yang perlu kita perhatikan dan tidak hanya mengenai persoalan Corona semata.
Pandemi Corona ini musibah dan kita rasakan bersama-sama, berhentilah saling menyalahkan karena takkan menyelesaikan apa-apa. Saya juga terkadang pusing sendiri. Demikianlah opini singkat dari penulis , mohon maaf kalau ada banyak kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.
Penulis : Muh. Rais Auliya Razak
(Mahasiswa Hukum Tata Negara UIN Alauddin Makassar dan
Kader HMI Komisariat Syariah & Hukum, Cabang Gowa Raya)
*Tulisan tanggung jawab penuh penulis*