Tabligh Akbar di Masjid Tua Katangka, Arief Rosyid : Kaum Milenial jangan Jauh dari Masjid, Meski di Lapas Sekalipun

516

SULSELBERITA.COM. Gowa - Kaum milenial berkumpul dan berinteraksi di Masjid Tua Katangka yang terletak dekat makam Raja-Raja Gowa, di perbatasan Gowa dan Kota Makassar di kawasan Jalan Syekh Yusuf, Senin (10/6/2019).

Acara bertajuk Tabligh Akbar dan Halal bi Halal Pemuda/ Remaja Masjid Dewan Masjid Indonesia (Prima DMI) Pengurus Wilayah yang dipimpin Ketuanya Abdul Haris Zainuddin dan Sekretarisnya Risal.
Pada Acara yang diisi dialog itu menampilkan M. Arief Rosyid Hasan, mantan Ketua Umum (Penguris Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) yang juga adalah Pelaksana Tugas Sekretaris Jenderal Dewan Masjid Indonesia (PLT Sekjen DMi).
Arief mengkritik aktivis Pemuda dan Remaja Masjid yang aktivitasnya jauh dari masjid.

Advertisement

“Umumnya aktivis pemuda dan remaja Masjid membicarakan persoalan negara dan bangsa yang besar-besar, tapi makin jarang membincang soal kondisi keber-Islaman pemuda itu sendiri,” tutur Arief Pemuda asal Gowa ini.

“Bahkan nyaris semua aktivitasnya cenderung menjauh dari masjid,” tambahnya lagi.

Sembari mengemukakan data bahwa di Indonesia, ada sekitar 800 ribu masjid yang sangat potensial dijadikan basis peradaban. Belum jika ditambahkan ratusan ribu musalla Kalau dijumlah, mencapai lebih dari sejuta tempat potensial untuk dijadikan titik mula peradaban.

“Meski sisayangkan , potensi itu dipakai hanya sekadar ruang untuk beribadah kepada Allah semata. Sementara ruang sosial menjadi semakin lapang,” ujar Arief.

Seharusnya, di masjid pemuda dan remaja masjid dapat membangun peradaban dan perekonomian bangsa. Ia mencontohkan pada masa Rasulillah semua hal dibahas di masjid, sebab masjid pusat peradaban.

“Bahkan, pemuda pada zaman nabi merupakan sumbu inti peradaban dalam merancang pergerakannya. Semua dilakukan di masjid,” pungkasnya.

Pemuda Masjid dan Literasi.

Pada Masjid yang dibangun pada tahun 1603 itu, turut hadir Penggerak Pustaka Jeruji Indonesia dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II A Maros Salahuddin Alam yang baru-baru ini memperoleh Penghargaan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Yasonna H. Laoly dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) ke-55 Pemasyarakatan.

Oleh Panitia diminta untuk berbagi cerita dan pengalaman dalam membangun Gerakan Literasi di dalam Lapas. Ia mengemukakan bahwa Literasi itu adalah gerbang untuk ke mana saja, literasi tidak sebatas baca tulis dan berhitung saja, tapi lebih dari itu. "Bagaimana bisa berkarya dan berkreasi setelah membaca ataupun menulis" ungkap Alam penuh semangat.

Sembari mengingatkan kaum milenial agar dapat mengasah diri dan bergaul dengan baik secara normal sehingga tidak perlu ikut berujung di Lapas."Saat ini banyak anak milenial juga berada di Lapas, karena salah bergaul", tutur mantan aktivis Kemahasiswaan Unhas ini.

"Hal yang mengejutkan ketika kami adakan sayembara penulisan puisi, Cerpen dan Essai antar Warga Binaan se-Indonesia, ternyata karya-karyanya bagus. Tanpa bisa membedakan mana karya di dalam Lapas maupun di luar Lapas", ujarnya bangga sambil memperlihatkan Buku Kumpulan Puisi, Cerpen dan Essai berjudul "Biarkan Saja Metronom itu" yang diterbitkan oleh Yakabus.

Bila perlu kaum milenial buatlah juga program ke dalam Lapas untuk berbagi keceriaan dengan Anak Didik Pemasyarakatan. "Saya yakin Pak Kakanwil, Pak Kadiv maupun Pak Kalapas, akan menyambut dengan tangan terbuka, yang penting dikomunikasikan lebih awal" pungkasnya.