SULSELBERITA.COM. Takalar - Ramlia (26 tahun), salah seorang korban selamat gempa Palu dan Donggala, hari ini datang ke posko bersama Palu Donggala di samping kantor Bupati Takalar, Ramlia yang didampingi oleh salah seorang legislator Partai Demokrat Husnia Rahman, lalu curhat dan bercerita kepedihan yang dialaminya selama di Donggala pasca terjadinya gempa dan tsunami. (jumat, 5/10/2018).
Ramlia yang selama 5 tahun terakhir ini mengabdikan diri sebagai seorang bidan honorer di RSUD Donggala, dan tinggal di asrama rumah sakit Donggala Kelurahan Kabonga Besar Kecamatan Panawa Kabupaten Donggala, Ramlia mengaku sebagai warga Takalar yang beralamat di Baba Polsel.
Ramlia mengaku bisa selamat dari gempa, setelah melarikan diri naik keatas gunung bersama ratusan warga setempat, namun karena panggilan hatinya sebagai seorang petugas Rumah Sakit, Ramlia kembali turun dari pengungsian dan kembali ke RSUD Donggala untuk merawat puluhan pasien yang terluka akibat gempa.
"Saya sempat bertahan satu hari satu malam di atas gunung bersama ratusan warga, tanpa makanan dan minuman, kami semua puasa, namun karena panggilan hati, saya memberanikan diri turun dari gunung dan kembali ke RSUD Donggala merawat puluhan pasien yang luka luka akibat gempa", ungkapnya.
"Saya masih sempat bertahan selama 5 hari pasca gempa di rumah sakit, namun karena tidak adanya bantuan makana serta obat obatan, kami para perawat yg tersisa sepuluh orang, dan puluhan pasien yang kami rawat, harus kelaparan, jatah makanan dan minum untuk satu orang pasien, harus kami bagi 3, supaya semua pasien bisa bertahan hidup dengan makanan seadanya, sementara kami para perawat, kadang hanya dapat makanan berupa mi instan satu bungkus satu hari" Ungkap Ramlia sambil meneteskan air mata.
"Saya pulang ke Takalar karena tidak bisa bertahan lagi, kami kelaparan pak, tak ada air bersih, tak ada listrik dan tak ada makanan sama sekali, saya ikut numpang mobil orang yang balik sampai Polman, selanjutnya naik mobil sewa sampai Makassar, dan lanjut lagi ke Takalar, dan saya tiba di Takalar hari rabu (3/9/2018) kemarin". Ungkap Ramlia sedih.
"Jadi yang bertahan merawat para pasien adalah perawat warga lokal yang jumlahnya tidak seberapa orang, mereka semua berharap distribusi bantuan bisa sampai ke mereka, karena mereka kelaparan bersama pasien yang di rawatnya". Tutup Ramlia.