SULSELBERITA.COM. Pemerintah berencana membangun enam Asrama Mahasiswa Nusantara secara bertahap. Dua di antaranya berada di Jawa Timur. Satu di Surabaya, satu lagi di Kota Malang. Dua lokasi yang sempat terjadi konflik sosial antara masyarakat dengan mahasiswa Papua. Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa mengatakan rencana pembangunan Asrama Mahasiswa Nusantara itu menyusul insiden kericuhan yang terjadi antara mahasiswa Papua di Surabaya dengan organisasi masyarakat (ormas). Peristiwa itu kemudian menjadi pemicu rusuh di Manokwari, Papua Barat.
Keenam asrama tersebut rencananya dibangun di Kota Manado, Makassar, Jakarta, Jogja, Surabaya dan Malang. Konsultan pembangunan Asrama Mahasiswa Nusantara dari Universitas Indonesia (UI), Gumilar mengungkapkan, kapasitas asrama yang dirancang bisa menampung 250 hingga 750 mahasiswa. Di dalam asrama tidak hanya kamar saja. Tapi juga ada perpustakaan dan ruang pembinaan.
Tidak hanya itu, di Asrama Nusantara itu juga akan tersedia berbagai fasilitas lainnya. Seperti ruang makan, fasilitas olahraga, juga fasilitas-fasilitas pendukung lainnya. Seperti diketahui, rencana pembangunan Asrama Nusantara ini adalah solusi agar insiden yang terjadi di Asrama Mahasiswa Papua, Jalan Kalasan Surabaya, beberapa waktu lalu, tidak terulang lagi.
“Kami terutama akan merekrut mahasiswa baru secara selektif yang berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Termasuk Papua, Aceh, Kalimantan, Maluku Utara, NTT, semua,” ujarnya.
Tujuan perekrutan ini, supaya mahasiswa yang menghuni Asrama Nusantara itu dapat mencerminkan Kebhinnekaan Indonesia. Mereka yang terpilih, rencananya juga akan memperoleh beasiswa. “Nanti kami perhitungkan rasio keterisian. Dari Jatim sendiri nanti ada di sana. Misalnya dari Tulungagung, dari Madiun, dari Banyuwangi, yang jauh dari rumah, juga perlu ada di situ,” ujarnya.
Menurut Bennett, ada empat nilai inti atau core values dari pendidikan multikultural. Pertama, apresiasi terhadap multikultural. Kedua, pengakuan terhadap harkat manusia dan hak asasi manusia. Ketiga, pengembangan tanggung jawab masyarakat dunia. Dan keempat, pengembangan tanggung jawab manusia terhadap planet bumi.
Bangsa Indonesia harus tetap menguatkan integrasi kebangsaan dan melakukan konsolidasi demokrasi berdasarkan pada potensi keragaman yang dimiliki warga bangsanya, salah satunya dengan menyatukan para kalangan muda dan intelektual. Karena dengan tinggal bersama dan berbaurnya para mahasiswa dari berbagai daerah ini, diharapkan bisa memunculkan rasa saling menghargai perbedaan, serta memiliki jiwa nasionalisme yang kuat. Keberagaman suku, bahasa serta adat istiadat masing-masing mahasiswa daerah, akan memunculkan rasa tepo seliro, hormat dan rasa saling percaya.
Kesuksesan dalam pembangunan Asrama Mahasiswa Nusantara nampaknya didukung penuh oleh keseriusan Pemerintah Pusat maupun Pemprov, dalam hal ini ditunjukkan dengan kesiapan lahan dan anggaran yang memang sudah direncanakan untuk pembangunan Asrama Mahasiswa Nusantara.
Staf Khusus Presiden sekaligus Ketua Masyarakat Adat Tanah Papua, Lenis Kogoya, sebelumnya menyatakan mendukung terobosan pembangunan Asrama Mahasiswa Nusantara. Lenis juga mengatakan bahwa nantinya akan memiliki kekhususan bagi mahasiswa dari daerah tertinggal seperti Papua.
Menurutnya, jika nanti jadi dibangun, maka Asrama Nusantara harus memiliki kriteria khusus yang disiapkan dan programnya harus melengkapi kebutuhan di dalamnya. Nantinya di asrama itu juga akan dilengkapi dengan beasiswa. Anak-anak di situ juga akan mendapatkan teknik-teknik khusus seperti pelatihan dan lainnya. Harapannya nanti ada semacam kartu non-tunai, sehingga bisa ambil beras, gula dan lain-lain, tutur Lenis.
Melihat konsep yang ditawarkan dari Asrama Mahasiswa Nusantara ini, tentu sangat mendukung upaya pemerintah dalam merawat kebhinekaan, sehingga tidak ada lagi pengelompokan Suku,Ras,Agama maupun Budaya dimasyarakat khususnya kalangan mahasiswa. Sehingga akan tertanam nilai multikultural serta komitmen kapada NKRI.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, Indonesia memiliki 1.340 suku bangsa dengan 1.158 bahasa daerah. Tidak ada negara di dunia ini yang memiliki tingkat keragaman seperti di Indonesia. Bukan hanya suku-bangsa dan agama saja, agama dan kepercayaan juga cukup banyak di Indonesia, baik yang lokal maupun yang transnasional.
Pluralitas dan kompleksitas bangsa Indonesia semakin bertambah dengan eksistensi ormas, parpol, ideologi, busana, mazhab pemikiran, aliran dan sekte agama, serta ekspresi keberagamaan masing-masing umat beragama. Semua itu layak dibanggakan dan dirayakan, bukan dikoyak-koyak dengan kebencian dan pembohongan-pembohongan informasi yang memecah-belah. Publik harus benar-benar didorong untuk memahami bahwa pluralitas Indonesia bersifat natural dan kultural.
Publik menaruh harapan besar terhadap pembangunan Asrama Mahasiswa Nusantara pasca insiden kericuhan yang terjadi antara mahasiswa Papua di Surabaya dengan organisasi masyarakat (ormas) yang berujung pada kericuhan di Prov. Papua, karena publik tidak menginginkan para calon generasi penerus bangsa mudah terprovokasi atau terpengaruh propaganda kelompok-kelompok separatis maupun teroris.
Oleh karena itu, melalui pembangunan Asrama Mahasiswa Nusantara diharapkan dapat menyatukan keberagaman bangsa Indonesia tanpa intoleransi dan kekerasan. Serta dapat merawat kedamaian dan menjauhkan dari hal-hal yang bersifat memecah-belah bangsa.
Oleh : Aldi Reza (Anabel)
*Penulis adalah pemerhati masalah sosial dan politik*