SULSELBERITA.COM – Setiap tanggal 2 mei diperingati sebagai hari pendidikan Nasional. Hari pendidikan nasional ditetapkan oleh pemerintah Indonesia sejatinya untuk memperingati kelahiran Khi Hadjar Dewantara. Beliau adalah seorang tokoh pemakarsa pendidikan bagi para pribumi ketika masa penjajahan Belanda. Ini menunjukkan bahwa dulu pun sudah ada yang menyadari bahwa pendidikan adalah hal yang penting dan dibutuhkan. Pendidikan sebagai jalan untuk mencerdaskan bangsa Indonesia. Namun pada faktanya Hari pendidikan Nasional (Hardiknas) hanya sekedar diramaikan dengan upacara tanpa melakukan perenungan dan evaluasi mengenai keberlangsungan system pendidikan di Indonesia. Dan yang terjadi adalah pendidikan kehilangan esensi dengan hanya sekedar belajar dan menghafal mata pelajaran dikelas dan bagaimana cara mendapatkan nilai yang bagus. Padahal jelas bahwa fungsi pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dalam tri sentra pendidikan ki Hadjar Dewantara dalam dunia pendidikan sangat dibutuhkan. Sebab konsepnya melibatkan sekolah atau satuan pendidikan, keluarga dan masyarakat. Proses perkembangan anak didik mulai dari keluarga yang mengajarkan budi pekerti, kemudian sekolah pun disamping menanamkan pengetahuan juga nilai nilai moral dan etika sehingga bisa mengaplikasikan dalam masyarakat.
Seiring perkembangannya system pendidikan mengalami degradasi moral. Banyak persoalan, mulai dari sarana dan prasarana yang tidak merata, padahal sangat menunjang proses belajar mengajar, biaya pendidikan yang mahal juga tenaga pendidik yang mengajar tidak sesuai bidang keilmuannya.
Seorang anak SMA kelas XI Fatur Rahman ketika kutemui di salah satu tempat dia belajar diluar sekolah. Menjadi penggiat literasi dalam sebuah perkumpulan SPBS (Sekolah Pesisir Banua Sendana) sedikit berbincang tentang dunia pendidikan. dia menuturkan bahwa Pendidikan sebagai alat membebaskan dari belenggu kebodohan sudah keluar dari esensinya. Pasalnya selama iya sekolah, ada beberapa Tenaga Pendidik yang hanya menyuruh mengerjakan tugas tanpa menjelaskan lebih dahulu mata pelajarannya.menjelaskanpun hanya berpatokan pada satu siswa yang paham tanpa melibatkan semua siswa dalam kelas paham atau tidak.
Sependek pengetahuan Fatur bahwa sebagai tenaga pendidik juga berperan penting dalam membentuk watak dan mengembangkan potensi yang dimiliki siswa. Namun faktanya lagi, ada beberapa tenaga pendidik yang ternyata ketika pelajaran berlangsung karna siswanya terlambat memarahi sampai berkata kata kasar yang seharusnya tidak keluar dari mulut tenaga pendidik. Terkait dengan bidang keilmuan tenaga pendidik pun juga menjadi persoalan. karena, ketika siswa bertanya kadang guru tidak menjawab dan malah menyuruh siswa mencari jawaban sendiri. Menghilangkan kekritisan seorang siswa dan harus mengiyakan semua apa yang dikatakan tenaga pendidik.
Fatur kemudian menuturkan kembali mengenai wabah covid 19 dan sekolah diliburkan untuk memutus mata rantai penyebaran virus tersebut. Namun siswa tetap Belajar di rumah dengan system belajar online yang menurut fatur kurang efektif dilakukan. Karena melihat masih banyak siswa yang tinggal di daerah dan tidak dijangkau jaringan internet, bukan hanya itu, siswa juga masih banyak tidak memiliki handphone. Itu sangat mempersulit mereka yang tidak bisa ikut pelajaran online dan mengharuskan mereka untuk alpa dalam absensi kelas dan berpotensi tidak memiliki nilai. Dan banyak tenaga pendidik yang hanya menyuruh untuk mencatat.
“Padahal seharusnya yang harus dilakukan juga oleh pihak sekolah adalah memperhatikan siswa atau mendata yang tidak dijangkau oleh jaringan dan tak memiliki Hp. Kenapa tidak, sebelum siswa diliburkan harusnya guru-guru memberikan pekerjaan rumah dan keterampilan dan dibuktikan ketika sekolah sudah aktif kembali itu khusus untuk siswa yang tak dijangkau jaringan dan tidak memiliki Handphone. Lebih adil biar semua siswa tanpa terkecuali bisa tetap belajar di rumah” tutur Fatur. Teruntuk semua siswa dimana pun, belajarlah dengan giat, tak ada batasan, masa depan bangsa ada ditangan kita, pendidikan adalah alat membebaskan dari kebodohan agar kita tau bagaimana memanusiakan manusia lewat pengetahuan yang kita miliki.
Penjelasan diatas membutikan bahwa system pendidikan saat ini sedang tidak baik-baik saja. Mari kita sama sama mengembalikan nawacita pendidikan. bahwa sejatinya dengan pendidikan kita bisa memajukan bangsa, lebih menghormati sesama manusia, menjadi garda terdepan dalam menjawab dan memecahkan persoaln persoalan yang terjadi dalam masyarakat.
“Jadikan setiap tempat adalah sekolah, setiap orang adalah guru dan setiap buku adalah ilmu” (ki Hadjar Dewantara)
Penulis : Mutmainnah Vallejo
(Penggiat literasi )
*Tulisan tanggung jawab penuh penulis *