SULSELBERITA.COM. Semenjak diumumkan pertama kali pada 2 Maret 2020, jumlah kasus positif virus corona hingga 19 April 2020 di Indonesia telah mencapai 6.575 kasus. Dari jumlah tersebut, sebanyak 686 kasus terkonfirmasi sembuh sedangkan sebanyak 582 kasus meninggal dunia. Sementara itu di seluruh dunia, jumlah kasus positif virus corona hingga 19 April 2020 telah mencapai sekitar 2,4 juta orang, dengan jumlah kematian mencapai sekitar 165 ribu orang.
Virus corona tidak hanya menyerang tubuh manusia, namun juga menimbulkan dampak negatif terhadap berbagai aspek. Pada aspek sosial, misalnya, Komisioner Komnas Perempuan Mariana Amiruddin, mengatakan bahwa perempuan yang berkeluarga dan bekerja mengalami beban yang amat berat karena terbeban juga oleh urusan-urusan rumah atau domestik. Sementara itu di tataran global, Sekjen PBB Antonio Guterres, mengatakan bahwa pandemi virus corona telah menyebabkan meningkatnya kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) pada perempuan dan anak-anak perempuan.
Permasalahan virus corona bahkan memberikan dampak yang lebih negatif pada aspek ekonomi. Pada tataran global, Managing Director World Economic Forum (WEF) Saadia Zahidi, mengatakan, International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan sekitar 170 negara akan mengalami pertumbuhan pendapatan per kapita negatif pada tahun 2020. Sementara itu, dampak virus corona secara khusus dirasakan amat berat oleh perekonomian China yang merupakan tempat penyebaran pertama virus corona. Perekonomian China pada kuartal Maret ini anjlok 6,8% dibandingkan kuartal yang sama pada tahun sebelumnya. Hal ini merupakan imbas dari penutupan pabrik, kantor, dan pusat perbelanjaan, yang dilakukan China untuk mencegah penyebaran virus corona.
Sementara itu di Indonesia, Kemenkeu RI mencatat sejumlah dampak negatif virus corona terhadap perekonomian. Pertama, hingga 11 April 2020 terdapat sekitar 1,5 juta karyawan mengalami PHK atau dirumahkan. Kedua, hilangnya pendapatan sekitar Rp207 Miliar di sektor pelayanan udara. Ketiga, penurunan impor Indonesia periode Januari-Maret 2020 sekitar 3,7% year to date (ytd). Keempat, adanya inflasi pada bulan Maret 2020 sebesar 2,96% year on year (yoy).
Tidak hanya berhenti pada aspek sosial dan ekonomi, virus corona juga memberikan dampak negatif pada aspek politik. Hasil survei dari lembaga survei Gallup yang dirilis pada 16 April 2020 waktu setempat mengenai popularitas Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yaitu popularitas berada pada angka 43 persen yang merupakan angka terendah sejak Trump dilantik. Penurunan popularitas tersebut diakibatkan Trump dinilai terlalu lambat mengambil langkah-langkah besar untuk menangani ancaman virus corona di Amerika Serikat.
Sementara di Indonesia, hasil survei dari lembaga survei Median menyatakan bahwa terdapat 40,1 persen publik yang tidak puas dengan penanganan Pemerintah Pusat atas terkait kasus virus corona. Adapun tiga alasan teratas yang dikemukakan yaitu, penanganan lambat (18 persen), tidak ada antisipasi dan menganggap enteng (16,7 persen), dan koordinasi buruk (15,3 persen). Adapun rilis survei oleh SMRC menyatakan bahwa terdapat 41 persen responden menanggap Pemerintah Pusat lambat menangani wabah virus corona.
Adapun berdasarkan pengamatan penulis pada media sosial Twitter, mayoritas netizen tidak puas dengan cara Pemerintah Pusat menangani permasalahan virus corona. Netizen juga menyayangkan bahwa Pemerintah Pusat masih lebih mempertimbangkan aspek pemulihan ekonomi dibandingkan keseriusan untuk menghentikan penyebaran virus corona. Maraknya komentar negatif netizen tersebut, dalam skala yang lebih luas, berpotensi memicu ketidakpercayaan masyarakat terhadap Pemerintah Pusat. Ketidakpercayaan ini pada mulanya mungkin tidak akan menimbulkan gejolak, namun akan menjadi bom waktu yang dapat meledak sewaktu-waktu bergantung dengan konteks sosial, ekonomi, dan politik yang sedang dihadapi Pemerintah.
Pada situasi pandemi seperti saat ini, rasanya amat tidak elok jika kita menyebarkan ketidakpercayaan kepada Pemerintah Pusat. Bahwasanya Pemerintah Pusat telah mengambil berbagai langkah yang diperlukan untuk menangani virus corona sekaligus memitigasi dampak yang ditimbulkan penyebaran virus tersebut terutama pada aspek sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, memberikan dukungan kepada Pemerintah untuk segera menyelesaikan permasalahan virus corona ini adalah suatu keniscayaan yang harus dilakukan. Selain itu, kita juga harus mengikuti setiap kebijakan yang diambil Pemerintah seperti melakukan physical distancing, work from home, dan mengikuti segala ketentuan PSBB yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan tanpa daya dan upaya kita sebagai masyarakat beradab, segala kebijakan tersebut akan sia-sia belaka.
oleh Fikri Syariati (Penulis adalah Pemerhati Masalah Sosial Politik).