SULSELBERITA.COM. Takalar - Saya memiliki kenangan tak terlupakan saat di Lampuuk. Waktu itu, kami berencana mengadakan Perkemahan Anak di pesisir Lampuuk sebagai bagian dari program trauma healing. Semua persiapan sudah kami lakukan bersama teman-teman seperti Berry, Adi, dan lainnya. Kami sudah cek lokasi dan menemukan tempat yang bagus untuk berkemah. Kami juga tidak lupa meminta izin kepada Pak Keuchik dan Kepala Mukim setempat.
Namun, pada hari pelaksanaan, ketika kami sedang bersiap menuju lokasi, tiba-tiba ada komplain dari salah satu tokoh setempat. Kalau tidak salah, beliau adalah mantan Panglima GAM Aceh, Tengku... (namanya saya lupa). Beliau mengutus seseorang untuk melarang acara diadakan di sana karena, katanya, situasi belum memungkinkan.
Kami pun kebingungan karena semua persiapan sudah dilakukan. Saat itu, kami mencoba berkonsultasi dengan Pak Irhamni (kalau tidak salah) dan seorang pengacara, meski saya lupa namanya. Mereka mengatakan acara tetap bisa dilanjutkan, bahkan menawarkan dukungan pengamanan dari tentara. Namun, setelah mempertimbangkan risiko yang mungkin terjadi, saya memutuskan untuk memindahkan kegiatan ke Mataii demi menjaga keamanan dan kondusivitas situasi.
Keputusan itu saya ambil karena saat itu masih ada insiden seperti pembakaran fasilitas, dan saya khawatir jika kami bersikeras melanjutkan, situasi bisa menjadi tidak terkendali. Demi mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, saya pikir lebih baik kita mengalah.
Ini adalah salah satu pengalaman yang tak terlupakan selama menjalankan program di Aceh bersama Child Rights Division. Terima kasih atas kesempatan untuk bergabung dengan tim hebat ini, bersama Pak Topan, Yuli, dan Bunda Ida.