Ditangan Dingin Alimuddin Namba, 1 Hektar Tambak Mampu Menghasilkan 1 Ton Udang Windu

2300

SULSELBERITA.COM. Takalar - Mendengar nama Alimuddin Namba, warga Takalar mungkin tak asing lagi di telinga mereka, terutama warga pesisir dan yang berprofesi sebagai petani tambak.

Putra Takalar yang saat ini bekerja pada dinas Perikanan dan kelautan propinsi Sulsel tersebut, adalah seorang visioner yang mampu membuat terobosan baru, demi tercapainya kesejahteraan masyarakat, terutama bagi para petani tambak.

Advertisement

Bagaimana tidak, di tengah lesunya produksi udang (udang windu) selam kurung waktu 20 tahun terakhir ini, tiba tiba Alimuddin Namba mampu membalikkan situasi, dimana selama ini para petani tambak (Budidaya udang windu) lesu dan tak bersemangat akibat kegagalan produksi yang terus menerus mereka hadapi, kini sebuah harapan baru di bawa oleh Alimuddin Namba.

Dalam sebuah uji coba yang dilakukan oleh alimuddin Namba dibeberapa lokadi dan daerah yang berbeda, ternyata hasilnya sangat luar biasa, jika dalam 20 tahun terakhir, para pembudidaya udang windu hanya mampu memproduksi 20 sampai 50 kilo udang windu setiap Hektar tambak yang dikelolanya, ternyata di tanga  dingin Alimuddin namba, Setiap hektar tambak berhasil memproduksi sampai angka 1 Ton, atau 20 kali lipat dati hasil yang selama ini di peroleh oleh pembudidaya.

Ujicoba paling terakhir yang dilakukan di Kampung Lampeso, Dusun Bungung Barania, Desa Banyuanyara Kec.Sanrobone. Kab.Takalar. beberpaa minggu yang  lalu, dimana saat dilakukan panen perdana, dihadiri langsung oleh Wakil Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman, yang hasilnya sangat luar biasa, dari setengah hektar tambak yang dijadikan percontohan dengan menggunakan bibit sebanyak 40.000 ekor, mampu menghasilkan 300 Kilo  dengan zais 30 ekor/kilo.

Itupun yang dipanen baru separuhnya, karena sistem panen yang digunakan adalah sistim pilih, dimana udang yang dipanen tersebut adalah hasil pemilihan yang beratnya sudah naik 30 ekor/kilo nya, dan dipeekirakan masih ada tersisa swkitar 200 sampai 300 kiko yang belum dipanen, dengan jangka waktu panen yang sangat singkat, yakni antara 70 sampai 80 hari terhitung saat benur mulai di turunkan.

"Yang kita sudah panen di Lampeso, dengan luasan uji coba setengah hektar itu kita berhasil panen sebanyak 300 kilo, dengan sistim panen pilih, artinya kita panen secara selektif, hanya yang naik 30 ekor/kilo yang kita panen, sementara yang belum masuk kita kembali lepas menunggu untuk kembali dipanen beeikutnya". Jelas Dg Namba sapaan akrabnya.

Rupanya ir Alimuddin Namba, kini telah menemukan metode budidaya udang windu yang dia namakan teknologi probiotic dengan metode tradsional plus.

Menurut Alimuddin Namba, bahwa dalam sistem yang digunakan mengelola  tambak, harus  ditopang dengan adopsi teknologi sementara konstruksi tambaknya harus memenuhi standar teknis.

“Usaha yang diujicobakan ini, dari petakan yang sudah panen, benur yang ditebar di petak  sebanyak 40 ribu ekor, dimana benur yang ditebar sudah melalui seleksi, dan hasilnya alhamdulillah cukup memuaskan” Ungkap Alimuddin.

Lalu saat ditanya berapa biaya yang harus di keluarkan untuk satu siklus panen dengan metode yang dia gunakan, untuk luasaan tambak 1 hektar, menurut alimuddin Namba  bahwa biaya nya kurang lebih 10 juta rupiah.