SULSELBERITA.COM. Takalar - Penolakan Puluhan pedagang pasar sentral Takalar atas intervensi Perusda Panrannuangku yang memaksa mereka pindah ke dalam losd pasar, terus bergulir, bahkan kini sudah melibatkan wakil rakyat (DPRD Takalar).
“Perusda melalui devisi pasarnya memaksa pedagang lapak pindah naik ke lods pasar, sementara di atas lods pasar sudah ada pemiliknya. Ketika kami mengambil alih lods pasar tentu pemilik lods tidak akan terima dan mengamuk, inilah yang membuat kami menolak ditertibkan karena berpotensi terjadi keributan dan konplik sesama pedagang pasar” ujar Daeng Rimang, salah satu pedagang pakaian, Rabu (09/05/2018).
Kecaman keras juga disampaikan oleh Hj Manikkang Daeng Baji, “Saya sudah puluhan tahun berdagang di pasar sentral ini, tetapi baru tahun ini kami resah dengan berbagai ragam kebijakan yang dikeluarkan perusda, mulai dari retribusi hingga penertiban lods yang bermuara pada pertikaian, intinya kami menolak penertiban,” ungkap pedagang pasar ini.
Hal miris juga disampaikan oleh Dg Kenna salah seorang pedagang pakaian yang kini sudah di gusur oleh Perusda, dan dipaksa masuk kelods untuk berdagang, "Kami sebelumnya berdagang diluar dengan menggunakan tenda kerucut, tapi kami digusur oleh perusda, kami meminta kebijaksanaan pemerintah, karena setelah di pindahkan ke sini sejak kurang lebih satu bulan ini, untung kalau ada pembeli satu orang perhari, bahkan beberapa hari ini, sama sekali tidak ada pembeli, ini bisa mematikan usaha kami. bahkan beberapa teman teman sudah berhenti menjuak Karena tidak ada pembeli sama sekali”. Ungkap Dg Kena sedih. (Rabu, 9/5/2018).
Sementara itu, Menyikapi polemik dan kegaduhan antara pedagang, Komisi II DPRD Takalar langsung melakukan peninjauan lapangan dengan tujuan mengkondusifkan situasi yang semakin mmemanas.
”Untuk mensinkronkan masalah ini, pihak Perusda Panrannuangku dan Devisi Pasar akan kami pertemukan dengan pedagang pasar dalam sebuah pertemuan,” kata Ketua Komisi II DPRD Takalar, Sulaiman Rate.