Opini: Dari “Tak Kelar” Menuju Takalar yang Kelar: Visi Daeng Manye Mengubah Stigma

Dirgahayu Republik Indonesia

Dirgahayu Republik Indonesia

Dirgahayu Republik Indonesia

Dirgahayu Republik Indonesia

Dirgahayu Republik Indonesia

Oleh: Imran Juna, S.Pd.,M.PD

SULSELBERITA.COM. Takalar, sebuah nama yang sering kali disinonimkan dengan “Tak Kelar-Kelar”, kini menghadapi tantangan sekaligus peluang besar.

Bacaan Lainnya
Dirgahayu Republik Indonesia

Dirgahayu Republik Indonesia

Dirgahayu Republik Indonesia

Stigma yang terbentuk dari budaya kerja yang kurang responsif, pola kerja yang tidak terarah, dan manajemen data yang kacau, kini siap diubah di bawah kepemimpinan Daeng Manye.

Dengan latar belakang dunia korporat, ia membawa visi ambisius: menjadikan *” Takalar yang Kelar*” melalui transformasi fundamental pada budaya kerja.

*Mengubur Budaya “Asal Bapak Senang”*

Salah satu hambatan terbesar yang menghantui birokrasi adalah budaya “Asal Bapak Senang” (ABS), di mana laporan dimanipulasi untuk menciptakan citra positif yang jauh dari kenyataan.

Daeng Manye menyadari, keberhasilan sejati tidak bisa dibangun di atas ilusi. Ia ingin seluruh jajaran ASN berani melaporkan kondisi apa adanya, tidak peduli seburuk apa pun itu.

Kejujuran dan data menjadi landasan utama, bukan sekadar intuisi atau laporan lisan yang tidak terverifikasi. Dengan menghapus budaya ABS, ia membuka pintu bagi perbaikan nyata dan solusi yang efektif.

*”Membangun Fondasi Perubahan: ASN sebagai Tulang Punggung*”

Daeng Manye tidak mungkin bekerja sendirian. Untuk mencapai visi ambisius ini, ia membutuhkan seluruh ASN sebagai tulang punggung perubahan.

Oleh karena itu, prioritas utamanya adalah membangun sistem kerja yang berlandaskan *”budaya kerja positif*”. Ini bukan hanya tentang instruksi, tetapi tentang menanamkan mindset yang berorientasi pada hasil dan integritas.

Transformasi ini akan berfokus pada:

* Responsif terhadap Perubahan: Mendorong ASN untuk lebih adaptif dan proaktif.

* Pola Kerja Terstruktur: Mengganti kebiasaan kerja yang tidak jelas dengan proses yang memiliki arah dan tujuan yang terukur.

* Manajemen Data yang Akuntabel: Menggunakan data sebagai dasar pengambilan keputusan, bukan sekadar laporan lisan.

Daeng Manye menularkan praktik terbaik dari dunia korporat, seperti *”weekly meeting*” berbasis data, untuk memastikan setiap program memiliki target yang jelas, terstruktur, dan dievaluasi secara berkala.

Jika seluruh ASN memiliki satu pemahaman dan bergerak dalam satu kesatuan dengan budaya kerja yang positif, maka stigma “Takalar yang Tak Kelar” akan menjadi cerita usang.

Takalar akan bangkit, menjadi daerah yang benar-benar “Kelar” dalam mewujudkan potensi penuhnya, dan menjadi contoh nyata bagaimana integritas dan budaya kerja yang baik dapat membawa perubahan fundamental.

Pos terkait