Opini: Membangun Optimisme di Tengah Keterbatasan: Kisah Perjuangan Bupati Takalar

75

Oleh: Imran,S.Pd,M.Pd

SULSELBERITA.COM. Takalar - Kabupaten Takalar di bawah kepemimpinan Daeng Manye menghadapi tantangan yang tidak sedikit. Anggaran yang terbatas, Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang minim, serta beban utang Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang diwariskan dari kepemimpinan sebelumnya, seolah menjadi belenggu yang menahan laju pembangunan.

Advertisement
Iklan HUT Bhayangkara 79 - Sekretaris DPRD Kabupaten Takalar

Namun, di tengah kondisi serba sulit ini, semangat Daeng Manye tak pernah padam. Beliau memahami bahwa untuk mengangkat Takalar dari keterpurukan, dibutuhkan kerja keras dan strategi yang inovatif.

Daeng Manye menyadari betul bahwa kepercayaan adalah kunci. Kepercayaan dari pihak swasta untuk berinvestasi, dan kepercayaan dari pemerintah pusat untuk mengucurkan bantuan, adalah dua hal yang mutlak harus direbut kembali.

Dengan keyakinan ini, beliau tak ragu untuk turun langsung, menjalin komunikasi, dan membangun jejaring. Upaya ini terlihat jelas dalam dua hari berturut-turut, Daeng Manye malakukan pertemuan dengan 3 menteri.

Pertemuan-pertemuan ini bukan sekadar kunjungan seremonial, melainkan bagian dari strategi besar untuk membuka kembali pintu investasi dan dukungan dari pusat.

"Ini semua demi Takalar," demikian prinsip Daeng Manye. Setiap jabat tangan, setiap diskusi, adalah langkah strategis untuk meyakinkan pihak-pihak terkait bahwa Takalar memiliki potensi, dan siap untuk bangkit.

Beliau ingin menunjukkan bahwa meskipun dihantam berbagai keterbatasan, Takalar memiliki pemimpin yang bertekad kuat dan siap bekerja sama demi kemajuan daerahnya.
Buah dari kerja keras ini mulai terlihat.

Kepercayaan yang selama ini dicari, perlahan mulai bersemi. Salah satu buktinya adalah penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) untuk Sekolah Rakyat dengan Menteri Sosial. Ini adalah langkah awal yang signifikan, menunjukkan komitmen pemerintah pusat untuk membantu Takalar dalam bidang pendidikan dan kesejahteraan sosial.

Tak hanya itu, Kabupaten Takalar juga ditunjuk sebagai titik utama peluncuran Koperasi Desa Merah Putih. Penunjukan ini bukan tanpa alasan. Ini adalah sinyal kuat bahwa pemerintah pusat melihat Takalar sebagai daerah yang memiliki potensi besar untuk pengembangan ekonomi kerakyatan. Dengan menjadi titik utama peluncuran, diharapkan akan ada berbagai bantuan dan program yang akan diarahkan ke Takalar, memberikan angin segar bagi masyarakat desa untuk mengembangkan usahanya dan meningkatkan taraf hidup mereka.

Kisah Daeng Manye dan Takalar adalah cerminan dari sebuah perjuangan.

Keterbatasan bukan penghalang, melainkan pemicu untuk berpikir lebih kreatif dan bekerja lebih keras. Dengan kegigihan membangun komunikasi dan merebut kembali kepercayaan, Daeng Manye membuktikan bahwa harapan itu ada, dan Takalar sedang bergerak menuju masa depan yang lebih cerah.