OPINI, SULSELBEIRTA – Pemilihan kepala daerah serentak akan diselenggarakan akhir tahun 2020. Menurut data yang dilansir dari Kemendagri. Tahun ini pilkada 2020 akan diikuti 270 daerah, rinciannya terdiri dari 9 provinsi, 224 kabupaten dan 37 kotamadya. Khusus Sulawesi-Selatan, pilkada serentak akan diikuti 12 daerah yang terdiri dari 11 kabupaten dan 1 kota madya yaitu Kota Makassar.
Rakyat diperhadapkan tepat di pintu kendaraan yang akan membawanya kemana arah pembangunan lima tahun kedepan, dibawah pimpinan dan komando siapa. Hal ini menjadi diskursus penting untuk mengetahui bagaimana karakter calon pemimpin yang akan menentukan nasib daerah.
Berbagai figur publik mulai mendeklarasikan diri mendukung dan mensupport siapa, tak dapat dipungkiri lagi banyak yang menggerakkan seluruh kekuatannya untuk menduduki pucuk pimpinan ataupun sekadar dekat dengan sang kandidat. Tak lebih, adalah untuk membawa kepentingan kelompok sevisi dalam merebut kemenangan. Ikut terlibat dan berkontribusi, berebut peran dan menjadi aktor yang menonjol dalam sebuah pergerakan.
Dari dinamika politik yang terjadi, sebut saja contohnya di Kota Makassar. Sebagai gerbang Indonesia Timur, tentu menjadi perhatian khusus di lingkaran elit nasional. Saya tidak menyebut siapa yang terlibat dan siapa yang memainkan peran, yang jelas “elit” akan memainkan peran. Akan tetapi, terlepas dari hal itu saya mencoba menggali dan menaruh hormat kepada Bro Rivai, akronim sosok Abdul Rivai Ras yang cukup dikenal luas di Sulsel dan salah satu putra daerah tanah Bugis asal Bone yang kini memfasilitasi berbagai aktivitas sosial, pendidikan politik, kepemimpinan dan kebangsaan.
Pernah dan hingga kini masih hadir sebagai sosok penggerak dalam ikut mengedukasi publik di berbagai daerah di Sulsel, menyerap aspirasi pembangunan, menggali potensi daerah hingga akhirnya menelurkan buku “Menjelajahi Sulsel Tanpa Batas” yang ditulisnya sendiri adalah sebuah kontribusi besar terhadap referensi persoalan dan pekerjaan rumah terhadap pembangunan Sulawesi Selatan.
Di Kota Makassar, namanya cukup populer banyak yang menantikan kemana arah dan sikapnya dalam memandang situasi politik menjelang pilwali akhir desember nanti. Sebuah gagasan yang ditawarkan sebagai bagian dari edukasi politik yang membuat saya secara pribadi menaruh hormat yang besar dan tinggi, gagasan terkait Sulawesi Selatan, khususnya Makassar butuh pemimpin *“Lontara Attoriolang”.*
Sebuah kriteria pemimpin bugis-makassar yang harus dimiliki oleh para pemimpin dalam menggerakkan manusia kearah yang bermartabat sebagai seseorang dipimpin oleh pemimpin yang macca na malempu; yaitu cakap, jujur dan pintar. _Paulle Watakkalepi;_ yaitu sehat jasmani dan rohani. _Waranipi namagetteng;_ yaitu berani, teguh pendirian dan tegas. _Ke’nawa-nawapi;_ yaitu memiliki visi misi, pandangan serta pikiran yang cemerlang. _Nasiri’ Alena, Nasiri Toi Adanna Rupatau;_ yaitu menjaga harkat dan martabat serta saling menhormati martabat orang lain. _Naetau Masiripi dewata sewwae;_ yaitu bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Prinsip *Lontara Attoriolang* yang selalu dipegang Bro Rivai sebagai prinsip dalam menggerakkan kelompok atau dimanapun berada, cita-citanya jelas. Mengabdi untuk kemajuan bersama. Sebagai tokoh yang memegang prinsip tersebut, artinya mulai dari elemen penyelenggara yang memimpin para anggotanya, TNI-Polri harus professional dalam mengawal kontestasi demokrasi menjelang hingga selesainya pilkada serentak desember nanti.
Selain prinsip tersebut, Bro Rivai mengkonversi gagasan pendidikan politik dan konsep geopolitik kepada masyarakat tidak hanya berbasis pada prinsip budaya kearifan lokal, tetapi ikut membumikan nafas Pancasila baik secara tulisan maupun melalui lembaga _think thank_ yang didirikannya sebagai pusat studi pengembangan pendidikan politik, BRORIVAI Center.
Gagasan yang ditawarkan kompleks dalam teori dan lengkap dalam aksi nyata. Hal ini kemudian perlu menjadi contoh bagi calon pemimpin pada aspek prinsip dalam memerdekakan sesama. Dimanapun dan siapapun ketika, prinsip *Lontara Attoriolang* menjadi landasan dalam memimpin suatu daerah maka dinamika dan opini negatif dalam konstelasi sedini mungkin mampu dicegah atas kesadaran para kandidat yang akan bertarung.
Lalu yang menarik, bagaimana sikap dan harapan *Bro Rivai* dalam dinamika politik lokal maupun konstelasi pilkada serentak 2020 di Sulsel?. Melalui tulisan ini, tak perlu tindakan fisik untuk menjelaskan kemana arahnya. Jika prinsip *Lontara Attoriolang* mampu digunakan dan diterjemahkan dalam tindakan oleh para kandidat, maka jiwa *Bro Rivai* dalam konteks kriteria kepemimpinan ideal ada disana.
Sabtu, 05 September 2020
Penulis : Nurhidayatullah B. Cottong ( Chief of Strategic Communication BRORIVAI Center dan Founder Fraksi Muda Indonesia )