Reses, Covid-19 dan Peradaban Desa

266

SULSELBERITA.COM – Menemui masyarakat di jeda sidang (Reses) dalam suasana pandemi Covid-19, tentu berbeda jika dibanding pertemuan-pertemuan sebelumnya. Bukan saja peserta reses yang kita batasi berdasarkan juknis,  tapi mulai jarak tempat duduk,   aktifitas kehangatan yang ditandai jabat tangan,  cipika-cipiki pun mendadak hilang. Jika sebelumnya kita bisa langsung mengenal kawan lama,  kini harus lebih seksama karena ada masker yang menutupi sebagian wajah. Mau tidak mau,  suka tidak suka suasana ini harus kita hadapi demi “keamanan” bersama dan demi upaya memutus mata rantai penyebaran sambil ikhtiar tugas kewajiban mesti tetap dijalankan.

Pula, sejumlah materi pembicaraan akan menyundul  virus yang mewabah di dunia ini. Mulai sosialisasi, seruan untuk menghindari hoax,  memberi support kepada tenaga kesehatan hingga doa-doa yang terlafas agar wabah ini segera berlalu. Buah tangan pun berubah. Kini kami membagikan baju Hazmat,  masker hingga hand sanitizer. Meski yang lain tetap juga kami persiapkan.

Advertisement

Yang tidak berubah,  adalah materi-materi aspirasi masih seputar itu-itu saja. Sebutlah masalah pertanian antara lain kelangkaan pupuk,  alsintan,  jalan tani,  irigasi dan sebagainya. Belum infstruktur semacam drainase,  jalan dan jembatan jg masih didengarkan. Sektor pendidikan pun demikian. Hingga aspirasi pemberdayaan perempuan dan anak-anak muda tentunya.

Secara seksama kami mencatat. Ini menjadi bahan masukan untuk meneriakkannya di Pembahasan anggaran perubahan. Jika luput,  maka dipersiapkan di APBD pokok 2021.

Tidak berhenti di situ. Sejumlah permintaan segera kita respon sebagai solusi jangka pendek. Semisal kelanjutan pembangunan Masjid, perlengkapan olah raga buat karang taruna,  baju persatuan,  fasilitasi kegiatan-fasilitas kepemudaan hingga pengadaan lampu jalan di sejumlah titik yang kami datangi. Bantuan pupuk tak luput kami fasilitasi. Maklum karena sejumlah tani juga hadir dalam pertemuan-pertemuan kami sejak tgl 12 kemarin.

Yang lebih dari itu adalah pembangunan mental dan kapasitas menjadi salah satu sentral diskusi kami di reses kali ini.   Setidaknya sudah tiga desa kami minta kepada pemerintah setempat untuk segera mendirikan perpustakaan desa. Kami siapkan masing-masing 100 lembar buku. Kami sadar bahwa peradaban harus dibangun dan itu dimulai dari desa. Indikator pergerakan itu ditandai seberapa serius mendirikan perpusatakaan. Mungkin ini sebagai support pula terhadap dunia literasi.

Perpustakaan desa ini juga diharapkan menjadi learning center.  Ada pelatihan secara periodik dilaksakan. Mulai digital marketing,  tekhnik pemasaran,  sampai management bisnis kita internalisasi kepada anak-anak muda di desa tersebut. Tak lupa life skill menjadi materi pelatihannya. Kita berkomitmen memfasilitasi seluruh tim pengajarx secara gratis. Pemdes atau organ pemuda cukup mempersiapkan anak-anak muda yangg akan dilatih. Tentu tak lupa pendalaman mental dan akhlak yang diturunkan dalam sesi khusus dengan silabus yang sistematis

Saya tegaskan bahwa mimpi lahirnya generasi baru yang dipersipkan serius adalah mempersiapkan pula secara serius ruang baca yang memadai di desa. Tanpa harus menunggu support pemerintah,  setiap kita wajib berkontribusi dalam bentuk donasi buku sebagai jariyah utk investasi dunia pula akhirat kita. Bahwa kita fokus pada infrastruktur,  tapi pengguna infrastruktur tak boleh diabaikan. Begitu kerap saya ucapkan di berbagai kesempatan.

Membayangkan setiap desa berlomba mewujudkan ini. Maka bolehlah juga kita menanti generasi-generasi emas yang tidak saja menguasai dunia lewat bacaannya tapi pula melihat mental dan akhlak yang mulia dari para pelanjut kita. Allahumma amin….

Penulis : Arum Spink
( Ketua Fraksi Nasdem Sulawesi Selatan )