Hukum Antah Baranta Tajam Kebawah Tumpul Keatas

302

SULSELBERITA.COM – Keadilan dan hukum seringkali tak pernah bertemu di negeri ini. Padahal hanya lewat legalitas hukumlah, rakyat bisa memperjuangkan keadilan. Bila hukum seringkali mencederai keadilan, lantas kemana kita harus mencari keadilan?  Hukum dalam prakteknya tidak lebih dari permainan orang-orang yang mempunyai uang dan kekuatan. Padahal,  para penegak hukum melalui polisi, jaksa, hakim dalam menyidik, menuntut dan mengadili perkara seharusnya  berdasarkan kebenaran dan berdasarkan peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi.
Keadilan adalah sebuah kata yang sederhana namun seringkali kompleks dalam kenyataannya. Aristoteles mengatakan bahwa keadilan adalah kebajikan yang berkaitan dengan hubungan antar manusia. Menurut hukum, seorang nenek yang mencuri buah kakao dalam kisah di atas tentu bersalah. Tetapi menurut rasa keadilan dengan definisi Aristoteles ini semestinya hakim mempertimbangkan faktor manusianya. Seorang nenek yang sudah rentah, dengan kehidupannya yang sangat menderita, tidak mampukan mengetuk hati nuraninya?

Untuk memperjuangkan rasa keadilan di negeri antah berantah ini, para penegak hukum mestinya belajar dari kisah Socrates, seorang filsuf kenamaan. Suatu ketika Socrates ditahan dengan tuduhan melakukan sebuah kejahatan. Para penegak hukum sangat teguh pendirian dan tidak tergoda oleh bujuk rayu yang mencoba menyuap mereka. Adalah Creto, murid Socrates, kala itu berusaha menyuap para penegak hukum itu demi bisa membebaskan gurunya. Namun apa kata Socrates ketika muridnya menceritakan hal ini kepadanya? Socrates mengingatkan muridnya, “Keadilan harus ditegakkan, keadilan harus berlaku untuk semua (justice for all). Mereka yang ditahan bukan tidak mungkin seperti aku yang jelas  tidak bersalah, tetapi dengan menyuap akan membuka peluang bagi orang lain di kemudian hari untuk menempuh cara yang sama, yaitu menegakkan keadilan dengan cara kejahatan.”

Advertisement

Di negeri antah berantah ini, suap menyuap seakan sudah menjadi budaya. Siapa yang mempunyai uang dan kekuatan dialah yang menang. Hukum dan keadilan seringkali tak sejalan. Banyak perkara kandas di tengah jalan, terlupakan atau sengaja dilupakan bahkan sudah diputuskan tetapi tidak masuk akal. Mencari keadilan ibarat menunggu kucing tumbuh tanduk di kepalanya, menggantikan kedua telinganya.

Ini indonesia negeri sejuta dongeng hukum yang semakin hari memperlihatkan ketidakadilannya memutuskan perkara sehingga membuat rakyat meragukan penegakan hukum didalam negeri ini,kita bisa banyak melihat kasus kasus yang terjadi di Indonesia baru baru ini rakyat di kejutkan dengan putusan jaksa terkait kasus penyiraman air keras terhadap novel baswedan Dengan Dalih Jaksa adalah terdapat unsur ketidaksengajaan oleh tersangka saat menyiram cairan asam sulfat yang mengenai dan melukai mata Novel. Menurut Jaksa, Rahmat sebenarnya berniat menyiramkan cairan tersebut ke badan Novel tetapi itu alasannya itu tidak masuk akal kalau tidak punya niat kenapa mempersiapkan di subuh hari.

Sungguh ketidakadilan Hukum di pertontonkan secara nyata,Hukum tajam kebawah tumpul keatas

Penulis : Iwan
( Mantan Ketua BEM Sospol Unismuh )
*Tulisan tanggung jawab penuh penulis*