Koruptor Bansos, Siapakah Yang Paling Miskin Diantara Kita?

297

SULSELBERITA.COM - Sepucuk tulisan ini mungkin bisa mewakili beribu mata yang merengek meminta belas kasih. Harapan yang kian membludak di masyarakat yang berhadap “akan mendapat bantuan”. Mereka yang katanya akan mendapat rupiah yang ditunaikan dan sembako yang dikarungkan. Dimana bantuan itu? Seperti apa dia? Saya pun tidak pernah melihat bentuknya.

Setelah ditetapkanya Covid-19 sebagai pandemi global yang semakin hari semakin eksis, tentu saja secara global berdampak pada 215 negara di dunia. Di indonesia sendiri kasus yang terkonfirmasi sebesar 18,010 dengan jumlah kematian 1,191 dan kesembuhan mencapai 4,324. Hadirnya pandemi ini yang tentu tidak mengenal derajat tinggi rendahnya seseorang (strata sosial), baik yang kaya maupun yang miskin, agamawan, politikus, aktor aktris dan siapapun itu sangat merasakan dampaknya secara sosial, ekonomi, budaya dan bahkan menusuk bak jarum suntik ke dalam psikis masyarakat.

Advertisement

Terhitung awal Maret 2020 saat pertamakali pandemi ini memunculkan batang hidungnya di Indonesia sampai sekarang ini (akan berakhir sampai batas waktu yang tidak ditentukan), selama itu pula jutaan rakyat Indonesia berada pada titik kemelaratan dan ketakutan setiap langkahnya. Kondisi psikologi dan mental kognitif yang dibungkus ketakutan, takut jika keluar rumah akan ada yang menyerangnya (virus) dari berbagai arah tanpa mengenal waktu dan tempat untuk dipersilahkan dan jika #dirumahaja maka bukan lagi virus yang menjadi topik keresahan tapi kelaparan adalah kematian yang sebenarnya bagi mereka.

Jika kita menelaah lebih jauh makna dari #dirumahaja seolah-olah kata itu hanya diperuntukkan kepada orang-orang yang bekerja di perusahaan atau instansi pemerintah yang menduduki jabatan tertentu atau dia yang berpengaruh hingga tidak ada celah untuk bisa di PHK, sebagaimana dalam penjelasan stratifikasi politik, kita bisa melihat siapa yang berkuasa dari 3 analisis yakni analisis posisi, reputasi dan keputusan. Ketiganya menjelaskan bahwa pihak-pihak yang berpengaruh dalam suatu lembaga dapat dilihat dari posisi dan reputasi dalam pengambilan keputusan. Sehingga notabene pekerjaanya mampu terselesaikan melalui daring dan tidak dikategorikan sebagai pekerja fisik (jenis pekerjaan yang mengharuskan fisik untuk bergerak).

Lantas bagaimana dengan mereka yang berprofesi sebagai pekerja fisik, seperti buruh, pekerja pabrik, supir angkutan umum dan pekerjaan fisik lainnya? Mereka terpaksa harus berhenti dan diberhentikan karena adanya pandemi ini. Semenjak adanya PHK besar-besaran mereka tidak lagi berpenghasilan, alhasil mereka hanya meminta belas kasih kepada bapak/ibu yang budiman dan mapan. Tetapi apa daya, harapan hanya tinggal harapan. Beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab berambisi ingin meminang dana bansos covid-19. Di duga ada korupsi bantuan sosial atau bansos virus corona untuk orang miskin di Depok, Jawa Barat. “iya memang ada oknum RT yang melakukan hal tersebut, tapi tidak semua melakukan pungutan liar” dikutip dari SuaraJabar.id. Kejadian ini sempat viral karena dugaan adanya pemotongan dana bantuan sosial (bansos) bagi warga yang terdampak Covid-19. Di Makassar sendiri, beberapa warga yang layak mendapat bantuan tersebut hanya bisa duduk berdiam dirumah dan menunggu belas kasih dari pemerintah yang tak kunjung datang.

Entah kemana rimbanya bantuan itu. Seolah tertawa sembari menangis dalam hati melihat oknum yang senantiasa berada dijalan yang salah, jalan yang tidak kita inginkan tapi santun mereka kerjakan. Bapak/ibu yang budiman, yang sedang menduduki ruangan ber- AC dihiasi papan nama bergelar sarjana, doktor bahkan profesor, siapakah yang paling miskin diantara kita? tolong berhentilah menjadi rakus.

Bukan bermaksud menggurui namun alangkah bijaknya jika sebuah kebijakan dikerjakan sebagaimana mestinya sesuai dengan prosedur yang ditetapkan, tidak perlu membuat gerakan tambahan dengan niat “sunat dana bansos covid19”. Krisis yang dihadapi masyarakat miskin sudah sangat berat, jangan lagi ditambah kebuasan dari bapak/ibu sekalian.

Penulis : MUTMAINNA.A ( Mahasiswa sosiologi FIS UNM )

*Tulisan tanggung jawab penuh penulis*