Pendidikan dan rumus merampok gaya baru

Dirgahayu Republik Indonesia

Dirgahayu Republik Indonesia

Dirgahayu Republik Indonesia

Dirgahayu Republik Indonesia

Dirgahayu Republik Indonesia

SULSELBERITA.COM – Pada dasarnya pendidikan di Indonesia sudah ada sejak jaman dahulu sebelum masuknya peradaban agama Hindu, Budha, Islam, dan Negara Penjajah baik Belanda maupun Jepang. Hal ini ditandai dengan pendidikan yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya, yang tercermin dalam perbuatan/tingkah-laku/ade’ rakyat Indonesia yang sangat ramah dan sopan kepada siapapun. Meski tidak ada struktur yang formal namun proses pendidikan yang secara langsung diberikan oleh orang tua kepada anaknya muncul dari kerangka pola pikir yang sangat besar dipengaruhi oleh lingkungan dan masalah yang sedang dihadapi. Oleh sebab itu muncullah suatu etika yang menjadi warisan leluhur bangsa.disisi lain adanya kolonialisme yang terjadi pada masa itu menunjukkan bahwa perlawanan harus tetap ada setidaknya melawan kebodohan serta menolong para kaum mustad afiin atau kaum yang tertindas.
Pendidikan  senantiasa membuat manusia untuk bebas mengekspresikan alam dan merealisasikan bagi sendi sendi kehidupan yang ia arungi,pendidikan pulalah sebagai stimulus manusia untuk mempunyai tendensi terhadap hanief/kebenaran serta tujuan daripada pendidikan tersebut adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.Apakah itu semua sudah sesuai dengan realitas yang terjadi saat ini?
Dewasa ini banyak kita lihat di pelosok negeri justru pendidikan menjadi ladang penindasan,saran yang menjembatangi manusia laknat untuk menghasilkan provit semata.Yah,kondisi pendidikan saat ini membuat kita prihatin dimana negara semestinya mengurusi para tenaga pengajar yang mengalami kesulitan dalam menghadapi wabah ini.merujuk kepada ketidak sejahteraannya tenaga pengajar  malah pemerintah justru sering saja mencari kambing hitam dan bersembunyi dibalik topeng hipokrit.padahal masalah yang tidak kalau pentingnya terkait kerugian mahasiswa/ murid sekolah yg tidak mendapatkan secara full proses belajar serta fasilitas yg kurang memadai, mengakibatkan kan materi didapatkan juga itu kurang, sehingga tujuan dari pada mencerdaskan bangsa itu terdampak oleh sebab virus mewabah ini. Nah apa yang menjadi solusi dari pemerintah ? Memungkinkan kah dengan menguras mahasiswa yg membayar sekolah mahal itu menjamin ilmu juga yg didapatkannya?ini menjadi tanda tanya besar kepada pemerintah!

Tidak sampai disitu saja, banyak dari mahasiswa Perguruan tinggi negeri yang merasakan kerugian, sebut saja perguruan tinggi yang berada dibawah naungan kemenag RI. di tengah mewabahnya pandemi covid 19 ini banyak yang harus dibenahi baik pemerintah baik dari aspek pendidikan,ekonomi,sosial budaya,kesehatan serta aspek yang urgent lainnya.Banyak dari pemerintah menjadikan covid 19 ini sebagai jalan yang menjembatani peraturan yang menindas seperti yang dikeluarkan oleh dirjen pendis: B-752/DJ.I/HM.00/04/2020 tentang  adanya diskon atas ukt/bkt minimal 10% dari ukt/bkt tersebut. Beberapa hari berselang maka keluarlah surat edaran dengan nomor surat B-802/DJ.I/PP.00.9/04/2020 dimana didalamnya mencabut surat edaran yang sebelumnya dan tetap menerapkan kebijakan dan ketentuan UKT sebagaimana yang telah diatur KMA yang berlaku. Apa sebenarnya ini? Atau boleh saja negara saat ini pusing melihat kondisi perekonomian saat ini sampai sampai menjadikan jatah mahasiswa sebagai tumbal demi sebuah kenikmatan yang instan. Kerakusan dalam teori bernegara, bagi saya itu tidak bisa kita hindarkan pada kepentingan-kepentingan yang bersifat materil. Karena subtansi para penguasa adalah penganut materialisme atau bahasa kasarnya “mereka adalah orang-orang yang senantiasa mencari profit dibalik kebaikannya.
Itulah potret pendidikan yang dikomersialisasikan oleh para mereka yang defisit moral dan menjadikan covid 19 sebagai “rumus merampok baru” untuk melanggengkan penindasan dan sangat merugikan mahasiswa . mereka buta dan  Tidak ada yang peduli pada nasib mahasiswa selama apa yang dia targetkan dapat terpenuhi secara cepat.seharus mereka sadar akan jargon yang melekat pada kediriannya yang keren dan agamis ini yang katanya ikhlas beramal itu.
Mahasiswa pun harus tetap siaga dan tetap peka terhadap kondisi pendidikan yang terjadi saat ini,rebahan dan ketidakpekaan sosial bukanlah solusi menghadapi pandemi dan kaum yang menindas saat ini.harus ada ikhtiar perlawanan serta konsistensi  dalam memperkuat gerakan akar rumput dari mahasiswa, jangan sampai mahasiswa yang katanya agent of change hanya menjadi deterjen of change hanya bisa cair berbusa dan binasa.
“Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda”
Tan malaka
Selamat hardiknas dan lekas sembuh bumi ini.
PENDIDIKAN ADALAH PERLAWANAN

Bacaan Lainnya
Dirgahayu Republik Indonesia

Dirgahayu Republik Indonesia

Dirgahayu Republik Indonesia

Penulis : Andi Muhammad Syukur, Mahasiswa fakultas syariah dan hukum

*Tulisan tanggung jawab penuh penulis *

Pos terkait