Ratusan Seniman Musik di Takalar Tak Berdaya Hadapi Dampak Covid 19, dan Malah Terlupakan Pemerintah

1007

SULSELBERITA.COM. Takalar – Kebijakan Pemerintah ditengah pandemi Covid-19 yang melarang orang melakukan kegiatan yang dapat menyebabkan berkumpulnya orang, rupanya sangat berdampak buruk bagi pemilik musik electon dan mereka yang berprofesi sebagai penyanyi, termasuk di Kab.Takalar.

Kebijakan pemerintah ini juga berpotensi mengancam segala aspek kehidupan masyarakat, seperti sosial, ekonomi, dan psikologis. Oleh sebab itu, Pemerintah di harapkan mampu memberikan solusi yang terbaik agar kesenjangan sosial dimasyarakat bisa teratasi dengan baik.

Advertisement

Hal tersebut diungkapkan oleh HALIM ANUGRAH  yang merupakan salah seorang pimpinan electon di Takalar, Halim mengeluh karena akibat kebijakan dari pemerintah tersebut, dirinya terpaksa membatalkan seluruh job selama satu bulan terakhir, dan akibatnya Halim mengaku harus kehilangan penghasilan lebih dari Rp. 20 juta.

"Saya mewakili teman teman yang berprofesi yang sama dengan saya, bahwa kebijakan pemerintah ini telah membuat kami tak berdaya, kami sudah satu bulan terakhir ini sama sekali tak mendapat penghasilan, bahkan semua job yang sebelumnya sudah aa jadwalnya, terpaksa batal, saya sendiri harus menangunggung kerugian lebih dari Rp.20 juta selama 1 bulan terakhir ini". Ungkap Halim sedih. Senin, (27/4/2010).

Lanjut diungkapkan "Seniman musik dangdut indonesia  khususnya yang ada di kab. Takalar berharap besar adanya perhatian dari pemerintah setempat, karena akibat dari adanya Covid 19 ini, sumber pemasukan dan penghasilan kami para seniman di Takalar mati total, dan parahnya lagi, kami seolah terlupakan, dan belum pernah tersentuh bantuan pemerintah". Ungkap pimpinan electon NEW HOKI ENTERTAIMENT
yang beralamat di Desa panyangkalang Kec Marbo. Kab. Takalar.

Hal senada juga diungkapkan oleh Arisma salah seorang biduan elekton yang di Takalar, mengaku sejak adanya aturan pemerintah, dirinya kini sama sekali tidak memiliki penghasilan, sementara dirinya harus menafkahi seorang anaknya yang baru berumur 5 tahun.

"Sebelum ada Covid 19, rata rata setiap bulan saya berpenghasilan antara Rp.4 juta sampai Rp. 4,5 juta, tapi sekarang saya sama sekali tidak memiliki penghasilan lagi, sementara bantuan dari pemerintah, sama sekali tidak ada, saya sangat berharap, pemerintah jangan melupakan kami, karena kami juga butuh makan". Ungkap Arisma penuh harap. Senin, (27/4/2020).