~NARASI PEYEMPUAN~

714

SULSELBERITA.COM – Bumi berasal dari rahim yang meraung kesakitan kemudian tiap jeritan, air mata, dan cengkeraman telah melahirkan satu nafas kehidupan. Kini, semesta kian menjadi peradaban abadi hingga melanggeng saat ini dikarenakan oleh pertarungan perempuan dan maut.

Sejarah penciptaan perempuan sangatlah luas dari tatapan mata, lebih jauh dari jangkauan kaki, dan lebih nyata dari belaian tangan. Peyempuan adalah pengadopsian dari kata perempuan yang lahir dari bait-bait marjinal dalam dinamika kehidupan walaupun eksistensinya selalu mencuat takkala keadilan diambang batas permainan.
Disetiap kelokan dan tikungan tentu menyembunyikan kegelapan lalu menumbuhkan keasyikan. Akan tetapi,dibalik itu ada lempengan ketegangan. Hal ini sedikit mengambarkan bagaimana sosok peyempuan mampu ditempatkan pada beberapa kondisi yang sesuai dengan bawaan hidupnya (kodrat).

Advertisement

Perlu digaris bawahi bahwa populasi peyempuan tidak lagi sebatas banyak nan sesak. kehadiran mereka bukan sekadar pelengkap sahaja melainkan ribuan peran yang mampu dimainkan. Ketika mengulas sepak terjan peyempuan di alam semesta ini. mungkin, para pengukir sejarah membutuhkan jutaan lembaran kertas untuk mengukirkan setiap kisah yang tertorehkan. Ada banyak cerita dari sosok peyempuan melawan takdir dan kisah paling menggetarkan jiwa talkala Aisyah Bin Muzahim yang kritis dengan suara lantangnya, menyeruakkan suara bukan pada lingkaran pikiran tetapi dilontarkan secara menantang.

Peyempuan hadir sebagai suatu ketetapan, tiap kasihnya adalah  kepedulian, dan tingkahnya ialah alasan untuk segala senyuman sedangkan hatinya merupakan tempat penitipan segala titipan kepercayaan namun berhati-hatilah sebab ada telaga di matanya menjadi pesona dunia yang mampu menghancurkan benteng pertahanan.

Untuk penyempuan, namamu begitu mudah dilantunkan tetapi sangat sulit tuk dimengerti. Ada milyaran sifat bersemayam pada sanubarimu dan tanpa sadar, sifat itu keluar satu persatu tiada persetujuan untuk membingungkan sang lawan jenis (lelaki). Mungkin saja, Tuhan ingin kaummu bermartabak layaknya bidadari-bidadari yang selalu disebut dalam kemuliaan;membebaskan segala stigma yang buruk terhadap peyempuan.

Zaman telah berubah dan segala kemunafikan telah menyelam ke dalam darah lalu berhembus dengan nafas keangkuhan. Sekuat apapun menyimpan sebuah rahasia pada akhirnya ketidaksanggupanlah yang akan memperlihatkan sebuah garis kebenaran terhadap bandit-bandit pemikiran yang dihadiahkan kepada peyempuan pada zaman fir’aun hingga zaman firmansyah yakni kebebasan (free). Padahal, Kebebasan itu perlu aturan karena kebebasan itu sendiri akan terkungkung dan terikat pada satu pemikiran tertentu.

Maka tak heran, jika sebagian peyempuan kritis bernaluri belati, keberanian selembut sutra, serta kepekaan setajam samurai yang menggugat asas penciptaannya dan menayakan; Mengapa dirinya diciptakan setelah lelaki?. Mengapa tidak diciptakan secara bersamaan?. Mengapa diklaim sebagai mahluk pelengkap atas kekekurangan dan kesengsaraan dari sosok lelaki?, dan Mengapa juga kehidupan lebih menyematkan kata “Dipilih” kepada peyempuan ketimbang “Memilih” atas kehendak sendiri?.

Narasi yang dibangun terhadap penyempuan saat ini tetaplah sama dengan narasi terdahulu yaitu cantik. Istilah cantik sebenarnya lahir dari kesepakatan dua insan yang berpikir yaitu lelaki yang mengonstruksi kata cantik lalu peyempuan menerimanya dengan senyuman. Maka, itulah tanda ijab yang disepakati tanpa sadar.

Kata “Cantik” bisa menjadi penjara sebagian peyempuan. Tak mengejutkan apabila Peyempuan mendeklarasikan pendapat  “Cantik itu Relatif bukan mutlak seutuhnya” Sedangkan disisi lain mengatakan “Cantik itu mutlak, menarik itu Relatif”. Begitulah keruwetan definisi cantik yang masih berputar disekitar tungkuh perapian hingga detik ini.

Syair-syair yang digubah untuk peyempuan begitu menyeruak dan menerawang jauh. Peyempuan selalu memikat ke dalam pikiran sebab dia adalah tipu daya maha cinta, Jika engkau membuat makar di atas keyakinannya, diapun akan membuat makar kepadamu dan jika engkau mencintainya setulus kasih maka ia pun akan kasmaran terhadapmu. Dan ketahuilah, Sehebat apapun dirimu memahami keadaan seseorang maka kamu tak berkutik dihadapan peyempuan yang hatinya sedang dilanda badai.

Pernyataan orang-orang tentang peyempuan tak mungkin dihapus  begitu saja, laksana mimpi yang  ditundukkan oleh cahaya ketika mata melihat dunia. Berikut deretan narasi-narasi kepada peyempuan :

“Perempuan adalah keheningan ditengah badai dan diwaktu bersamaan kehancuran di tengah sorak-porak gembira. Begitulah perempuan selalu bisa mengkamuflase keadaan, entah itu rasa sakit atau bahagia, ia hanya tidak hebat menyamarkan  satu hal yaitu rasa cemburu”.
“Perempuan itu makhluk istimewa yang diciptakan Allah swt yang berhak untuk dicintai dan dihormati karena pada dasarnya semua lahir dari rahim perempuan dan ia juga diberi perasaan yang kuat dan sekaligus rapuh”.
“Perempuan itu kuat, tangguh, dan hebat tetapi ketika hatinya rapuh maka dibujuk dengan apapun semuanya tak berarti lagi”.
“Perempuan itu susah ditebak, susah dimengerti tapi suka memberi kode tak terlihat namun tak serumit yang dibayangkan”.
“Perempuan sholehah itu tentu yang berkiblat dengan sayyidah Khadijah istri Rasulullah dan Sayyidah Fatimah az-Zahra
Perempuan yang lembut, sederhana, penuh cinta tapi juga tangguh dan mempunyai rasa malu yang melangit”.
“Mar’ah kal mir’ah, perempuan itu seperti kaca”.
“Perempuan merupakan karya Tuhan yang diciptakan karena permintaan sosok lelaki (Adam)”.
“Perempuan adalah sekelumit sifat dan karakter yang sama yakni sederhana yang rumit perasaannya”.
“Perempuan itu Mulia seperti berlian. Bentuknya Indah, berkilau.
Sangat sulit untuk didapatkan dan dimiliki.
“Perempuan itu adalah mahkota bagi dirinya dan kekasih halal”.
“Perempuan itu makhluk istimewa yang ada dimuka bumi ini, perempuan juga manusia yang paling mulia”.
“Perempuan itu seperti batu permata. Batu permata yg belum diasah itu seperti batu biasa akan tetapi jika diasah dengan baik itu menjadi batu yang sangat indah, bersinar dan membuat semua orang menyukainya.
“Perempuan itu istimewa dan sangat berharga karena keanggunan dari akhlaknya”.
“Perempuan itu seperti bidadari yang harus selalu dilindungi dan dijaga dan dicintai”.

Peyempuan dan perasaan merupakan bagian terstruktur antara manusia dan darah yang tak terpisahkan. Sudah saatnya mengubah haluan dan melunakkan ego ketika berhadapan dengan mahluk yang berselimut rasa. Bukan saatnya untuk dikekang oleh logika ketika berdialog padanya. Bukan pula meninggikan suara untuk menentang ide cemerlannya tetapi mengdahulukan sebuah perasaan untuknya. Sekadarnya bahwa peyempuan serupa senja yang rela menjadi malam, kemuning pada senyumnya berubah menjadi sendu yang menghitam dan rona wajahnya meratapi gelap. Sebuah hakikat kenangan akan selalu melekat pada ingatan.

Benar kata pepatah “Peyempuan adalah kumpulan kalimat mejemuk dalam paragraf yang menyajikan makna penuh arti”. Simbol kemenangan peyempuan tercurahkan ke dalam titah bertuliskan “Memanusiakan kaum peyempuan di muka bumi” dan orientasinya meniadakan kekerasan, perbudakan, serta paradoks hina terhadap peyempuan.

Terakhir, Peyempuan itu bukan sekadar mahluk yang tercipta tetapi komplit dalam wujudnya dan tidak akan ada yang mampu menyentuh nan merasai keadaan peyempuan sebelum dirimu memilikinya dalam ke-uTuhan. Kemudian yang terpaparkan dalam benak tentangnya ialah Peyempuan itu memiliki kekuatan untuk membawa kedamaian jiwa lalu mengobati padahal dia sedang demam, membantu padahal dia susah, bekerja padahal lelah, dan ingin selalu diperlakukan sebagai bocah kecil betapapun ia menua.

Mengutip perkataan Rumi : Duhai engkau peyempuan, bila tak kunyatakan keindahmu dalam kata maka akan kusimpan kasihmu dalam dada. Selaras penyampaian Rumi ingin kusampaikan juga terhadap kaum peyempuan : Dirimu bukanlah sehelai kain sutra, senyummu tercipta bukan untuk mengalihkan dunia tetapi hadirmu menjadi alasan mengapa kebahagiaan itu ada permukaan bumi ini.

Penulis : Wardiman Sultan Madir
( Dewan Pembina IMPERA )

*Tulisan tanggung jawab penuh penulis*