LUKA

172

SULSELBERITA.COM – Menjelma menjadi manusia yang pada polosnya memberikan segalanya bahkan hati sekalipun, bergairah lah jiwa jiwa seorang perempuan ketika berada disekitarnya. Adapun mereka yang tanpa berpikir panjang dengan senang hati membalas dan rela mengorbankan materi ataupun harga diri

Mirisnya, setelah merenggut hak dalam segala hak, sesuka hati beterbangan dengan penuh keangkuhan oleh karena rasa kepuasan dan terbalut ketidak pedulian.Rasa takut yang kemudian muncul dalam pikiran dan hati bagi si perempuan terus menerus muncul bahkan nyaris merenggut kenyamanan tidur dimalam hari.

Advertisement

Tanggung jawab yang mestinya menjadi kewajiban justru luluh lata ketika menemukan mangsa baru untuk kegairahan si lelaki tadi, Sungguh kasihan, perasaan yang dulunya diagung agungkan, kini menjadi bayangan yang terus menghatui mengisap segala bentuk merenggut cita-cita karena pengorbanan dimasa lalu.

Berfikir tentang apalagi yang mesti dilakukan selanjutnya, tapi sayang hal serupa tidak mudah membalikkan telapak tangan. Sempat berpikir mengakhiri hidup untuk mendapat ketenangan, disisi lain banyak hal yang harus lagi ditinggalkan, Rasa sesal yang kian menyetubuhi pikiran dan jiwa.

Mentari kemarin yang begitu hangatnya menyetuh lembar-lembar disetiap senyum kini menjadi dingin tak selentik lagi dari sebelumnya. Keyakinan bahwa diri sendirilah yang menjadi penyebab hancurnya jiwa.
Penantian tak lagi menjadi hal terpenting, rasa yang kian menjadi ambang-ambang pilu,berlabu dalam luka yang kian merobek-robek perasaan.

Mungkinkah akan ada harapan lagi setelah ini, tanyakanlah pada Tuhan yang maha cinta, yang tidak pernah berencana akan kepada siapa manusia membangun perasaan itu, tetapi semestalah yang menuntunmu kearah yang sunyi ini.

Penulis : Sarina
( Kader HMI Cabang Gowa Raya )

*Tulisan tanggung jawab penuh penulis *