Stigma Perihal “Kesadaran” Yang Pincang Dalam Berdinamika

380

SULSELBERITA.COM – Perspektif ganda tentang hal yang menyangkut pemahaman tentang kesadaran memang selalu di picu dengan adanya kebiasaan-kebiasaan yang kurang sejalan dengan fikiran individualis, Sebabnya lebih dari satu kesadaran juga adalah hal yang urgent dalam sebuah dinamika non individual (Organisasi), mengapa demikian? Karena kita tidak bisa membincangkan pemahaman tentang itu dalam satu sisi saja, maka dari kita harus menyandingkan antara dua posisi yang berbeda agar lebih singkrong. Kesadaran versi individual (seorang)  atau kesadaran perpaduan ganda yang biasa di tuang dalam berdinamika non individual (Organisasi), Tapi sesuatu hal yang kemudian menjadi masalah atau biasa di bahasakan timpang tindih, tak sedikit dari sebagian-dari sekumpulan orang-orang yang menggunakan kesadaran individu dalam berdinamika non individu, nah,  inilah kadang juga yang biasa melahirkan stigma di berbagai perspektif. Kemudian yang menjadi titik timpangnya adalah, saya akan mengambil sampel timpang tindih kesadaran. Suatu ketika seseorang yang sangat dibutuhkan dalam suatu ORGAN (ketidakberdayaannya menyebabkan pincang) Tentunya hal itu membutuhkan sinkronisasi antara dua kesadaran INDIVIDU-NON individu, pertanyaanya lalu apa yang kadang melahirkan stigma itu? Sampel dari berbagai perspektif, -ada yang men judge bahwa kesadaran sedang samar bahkan membahasakan kesadaran sosial kurang nampak,  Disisi lain ada juga persepektif yang mengandalkan acuan pengalihan stigma atau biasa di sebut positif thinking dengan persepsi yang di hayal-hayal,

Titik terang asosiasi pemahamannya adalah kadang tak banyak dari sebagian orang yang selalu memiliki suasana yang stagnan,  mungkin karena olehnya kesadaran lebih condong pada dinamis. Di satu sisi stigma yang lahir itu mungkin karna perspektif tak menjangkau pemahaman bahwa mungkin saat kesadaran sosialnya di butuhkan, kebetulan juga berbeda dengan kesadaran individunya, kemudian terganggulah dinamika tentu adalah roh organisasi, nah, lahirlah berbagai stigma.

Bagaimana Menyikapi??
Meskin hal eksternal seperti kritik, saran, dan pendekatan kalimat berperan disana,  tapi tak sepenuhnya mempan atas kesadaran itu sendiri, sebab kesadaran berasal dari dalam, lalu bagaimana menyikapi sesuatu yang bersifat internal? Dalam hukum fisika memang kadang yang berbeda selalu mudah untuk menyatu tapi tak selamanya hukum itu berlaku dalam berbagai hal,  contohnya adalah jika kesadaran tak sejalan sebagian dari yang lain ada yang menggunakan metode kritik, berhasil tidaknya itu tergantung karakter individu, kemudian saran, dan pendekatan kalimat tak jauhjuga begitu. Maka jalan lainnya adalah pendekatan keselarasan, jika ia menggunakan kesadaran individu maka dekati secara individu bukan malah memperbanyak stigma.

Kesimpulannya adalah organisasi memang butuh kesadaran, tapi salah jika hanya dengan kesadaran sosial tapi tentunya juga kesadaran individu karena kedua hal tersebut berperan penting dalan berdinamika, jika ada tanggung jawab yang masih bergelantungan di pundakmu jangan selalu berpura2 menunduk seakan ingin lari dari tanggung jawab, Organ atau lebih dari satu. mendengar hal itu tentunya sudah sangat jelas bahwa kesadaran ganda sangat di butuhkan sebab hal itu menjadi roh dalam berdinamika.  Jangan egois bersosial,

Penulis : Muhammad Nurhidayatullah, (Kader HMI Cabang Gowa Raya)

*Tulisan tanggung jawab penuh penulis*